Lincak

Guru Jerman Ini Usul Bahasa Jawa Jadi Bahasa Persatuan

Seorang guru bahasa Jerman di HBS Semarang usul bahasa Jawa jadi bahasa persatuan, bahasa pengantar di sekolah. Cipto Mangunkusumo menolaknya. Sumber: priyantono oemar

Oleh Priyantono Oemar, Bergiat di Komunitas Jejak Republik

Namanya GJA Westerveld, guru bahasa Jerman di HBS Semarang. Dialah yang pada 2014 mengusulkan agar bahasa Jawa dijadikan bahasa persatuan.

Saat itu, lewat kebijakan politik etis sejak September 1901, Belanda sudah memulai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah. Menurut Westerveld, menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar sebenarnya hanya melayani kepentingan Belanda, bukan kepentingan pribumi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hal itu, menurut Westerveld, akan berdampak buruk bagi pribumi. Akan membuat pribumi semakin bergantung pada intelektualitas Belanda.

Keyakinan pada kemampuan sendiri dan kualitas penguasaan bahasa sendiri, rusak oleh ini. “Orang Timur yang fanatik itu menyerahkan perancangan mengangkat martabat rakyatnya kepada orang Barat yang dibencinya!” ujar Westerveld, seperti dikutip Groeneboer di buku Weg tot het Westen, Het Nederlands voor Indie 1600-1950.

Westerveld menulis usulannya itu di majalah Indische Gids pada 1914. Pada saat itu, bahasa Jawa tentu saja sebagai bahasa dengan pengguna terbesar di Hindia Belanda (Indonesia).

Pada 1916, pengguna bahasa Jawa, menurut Ki Hadjar Dewantoro di buku Kebudayaan, mencapai 20 juta. Pada 1920, jumlah orang Jawa-Madura mencapai 34,4 juta jiwa.

Menurut Westerveld, bahasa Jawa membantu para intelektual pribumi dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pendapat Westerlveld ini dibantah oleh Cipto Mangunkusumo dalam pertemuan Insulinde di Semarang pada 1915.

Menurut Cipto, bahasa Jawa sudah tidak cocok lagi bagi pemuda Jawa, karena perubahan zaman juga memunculkan perubahan jiwa rakyat Jawa. Mempertahankan bahasa Jawa, bagi Cipto, akan menghambat datangnya keadaan demokratis yang diinginkan oleh kaum nasionalis Jawa.

Menurut Cipto, bahasa Jawa merupakan bahasa yang lahir dari keadaan perbudakan di Jawa di abad pertengahan. Bahasa Jawa adalah bahasa budak.

Cipto pernah mengatakan kepada Douwes Dekker pada 1908, bahasa Jawa tidak cocok untuk mengungkapkan kebenaran, karena bahasa Jawa lebih cocok untuk memuji. Saat itu Douwes Dekker bertanya kepada Cipto mengenai alasannya selalu menggunakan bahasa Belanda.

Bahasa Belanda telah membuat Tjipto bisa belajar ilmu kedokteran di STOVIA pada 1899. Bahasa Belanda pula telah mengantarkannya mengenal ide-ide Barat tentang otonomi politik dan budaya, itulah sebabanya ia memilih bahasa Belanda sebagai bahasa persatuan, ketimbang bahasa Jawa.

Anak-anak Jawa kalangan tertentu bisa belajar bahasa Belanda sejak 1864. Para pemimpin pribumi, pada Juni 1964 mengajukan permintaan kepada pemerintah kolonial agar anak-anak Jawa dari kalangan bangsawan boleh belajar di sekolah-sekolah Belanda.

Polemik Cipto-Westerveld ini berlangsung sengit dan berlarut-larut. Polemiknya belanjut di sidang Volksraad pada Juni 1918, ketika Volksraad membahas usulan penggunaan bahasa Melayu.

Berita Terkait

Image

Cipto Mangunkusumo Usul Bahasa Belanda Jadi Bahasa Persatuan

Image

Cipto Mangunkusumo Usul Bahasa Belanda Jadi Bahasa Persatuan

Image

Cipto Mangunkusumo Usul Bahasa Belanda Jadi Bahasa Persatuan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com