Pitan

Hari Perempuan Nelayan, Ini Peran Penting yang Belum Diakui Pemerintah

Perempuan nelayan memiliki peran penting dalam rantai produksi perikanan. Mengapa belum diakui oleh pemerintah? Tanggal 5 November 2025 ditetapkan sebagai Hari Perempuan Nelayan Internasional. Sumber: priyantono oemar

Tanggal 5 November 2025 menjadi momen pertama Hari Perempuan Nelayan Sedunia. Tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Perempuan Nelayan Internasional dan menjadi bukti perjuangan panjang politik pengakuan identitas yang dilakukan oleh perempuan nelayan di berbagai negara.

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) dan Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) ikut mendorong penetapan Hari Perempuan Nelayan Internasional ini. Kiara dan PPNI menjadi bagian dari World Forum of Fisher Peoples.

“Ini adalah kemenangan awal dan pengakuan atas kerja keras perjuangan perempuan nelayan untuk menegakkan keadilan gender dan pengakuan identitas,” ujar Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati, dalam siaran pers bersama pada 5 November 2025. Lantas apa peran penting perempuan nelayan yang belum diakui pemerintah?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Susan, penetapan ini juga harus dilanjutkan dalam konteks nasional. “Supaya negara melalui pemerintah dapat mengakui perempuan dalam profesi nelayan di Indonesia.” jelas Susan.

Perempuan nelayan, kata Susan, bergantung pada sumber daya kelautan dan perikanan sebagai mata pencahariannya. Mereka melindungi dan mengelola wilayah pesisir dan laut dengan budaya dan tradisi lokal yang mencakup adat istiadat masyarakat adat.

Mereka juga terlibat dalam rantai nilai perikanan dalam tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. “Perempuan nelayan tidak terbatas pada mereka yang menangkap ikan, tetapi juga mencakup mereka yang berjuang untuk berkontribusi pada keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan,” tegas Susan.

Sekretaris Jenderal PPNI Masnuah menegaskan, pengakuan identitas perempuan nelayan di Indonesia masih sangat minim. “Dari 3,9 juta perempuan nelayan di Indonesia, hingga saat ini masih kurang dari 100 perempuan yang telah diakui profesinya sebagai nelayan,” kata Masnuah.

Istilah nelayan, kata Masnuah, masih identik dengan peran penangkapan ikan yang dilakukan oleh lelaki. Akibatnya, peran penting perempuan nelayan sering diremehkan.

Bahkan diabaikan dalam rantai nilai ekonomi perikanan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan nelayan. Pun tidak diakui pemerintah.

Saat ini perempuan nelayan di Indonesia menghadapi berbagai bentuk perampasan hak mereka. Antara lain, pembatasan hak untuk mengakses laut akibat privatisasi pesisir dan laut, semakin masifnya industrialisasi perikanan tangkap melalui penangkapan ikan terukur, ekstensifikasi budidaya perikanan atas nama program blue food, masifnya pembangunan berbagai industri properti dan infrastruktur, hingga bencana alam.

“Berdasarkan berbagai dinamika yang dialami perempuan nelayan tersebut, PPNI diinisiasi dan menjadi organisasi perempuan nelayan/pembudidaya/petambak garam yang mewadahi perjuangan perempuan, saling belajar, bersolidaritas dan saling menguatkan. Selain itu, juga mendesakkan hadirnya pengakuan politik, kesetaraan, pemberdayaan, hingga perlindungan hak-hak perempuan nelayan dari negara.” tegas Masnuah.

Kiara mencatat, perempuan nelayan memiliki peran penting dalam rantai nilai ekonomi perikanan. Apa saja?

Berita Terkait

Image

Perempuan Perkasa di Medan Perang Jawa di Grobogan

Image

Pulau Kecil Dijual, Kiara: Sudah 254 Pulau Kecil yang Diprivatisasi

Image

Perempuan Nelayan Timbulsloko Tolak Dipecah DKP Demak

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com