Kendeng

Pemuda Ini Alirkan Air Laut ke Grobogan, Kisahnya Mirip Dracin

Van der Kemp menulis kisah Aji Saka dan Joko Linglung pada 1894. Seorang pemuda alirkan air Laut Selatan ke Grobogan, kisahnya mirip drama Cina (dracin). Air asin itu kemudian diolah jadi garam. Sumber: dokumentasi priyantono oemar

Keberadaan industri garam darat di Grobogan sampai membuat Gubernur Jenderal Tjarda brkunjung ke Grobogan. Kunjungan iu baru terealisasi pada 1941, setelah rencana pada 1939 gagal akibat adanya banjir.

Bagaimana mungkin ada air asin di daratan Grobogan, Jawa Tengah? Pemuda ini dipercaya yang membuat aliran di dalam tanah, sehingga air laut dari Laut Selatan mengalir ke Grobogan.

Pemuda itu bukan sembarang orang. Dia besar di desa, seperti drama-drama Cina (dracin) yang tayang di berbagai aplikasi, setelah dewasa pemuda ini baru tahu jika ayahnya adalah Raja Medang Kamulan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Masyarakat Grobogan mengenal pemuda itu sebagai Joko Linglung, yang lahir sebagai ular naga. Menurut berbagai penulis, ada banyak versi nama dia.

Van der Kemp menulis namanya sebagai Joko Lilung. Sri Sumarsih menyebutnya sebagai Baruklinting, tertukar dengan Baruklinting membuat Danau Rawapening, yang juga berupa ular naga.

Komikus Man, menulis namanya seperi yang dikenal oleh masyarakat Grobogan: Joko Linglung. Seorang penulis Belanda menulsi namanya sebagai Cokowilalung.

“Cokowilalung, jika saya ingat namanya dengan benar, adalah seorang pemuda nakal yang hidup di abad kesepuluh,” tulis vG di koran Lokomotief edisi 15 Maret 1939.

Kisah Joko Linglung melakukan perjalanan ke Laut Selatan dan meninggalkan bekas perjalanan yang teraliri air laut yang diceritakan di Lokomotief itu sama dengan cerita lisan yang beredar di Grobogan. Di Laut Selatan, Joko Linglung harus bisa megalahkan Buaya Putih, jika ia ingin diakui sebagai anak dari Aji Saka.

Buaya Putih adalah jelmaan dari Prabu Dewatacengkar, raja Medang Kamulan yang dikalahkan oleh AJi Saka. Dewatacengkar dikenal bertindak angkara terhadap rakyatnya sendiri, sehingga ketika AJi Saka berhasil mengalahkannya, penduduk Medang Kamulan menyambut kemenangan itu.

Pada mulanya, sebeleum Aji Saka menantang Dewatacengkar, di dalam perjalanannya air mani Aji Saka jatun dan dipatok oleh ayam milik seorang penduduk desa. Ayam itu lalu bertelur dan telurnya menetas sebagai ular naga.

Ia tinggal di desa hingga menginjak remaja, lalu diberi tahu oleh penduduk yang memelihara bahwa ia adalah utra dari Aji Saka. Ia lalu diminta untuk pergi ke istana untuk menemui ayahandanya.

Tentu saja Aji Saka tidak percaya, sehingga ia harus mengujinya jika benar ia anaknya. Jika bisa mengalahkan Buaya Putih, maka AJi Saka bersedia mengakuiny sebagai anak.

Namun, untuk melakukan perjalanan ke Laut Selatan dan pulang lagi ke Medang Kamulan, ia tidak diperbolehkan melalui jalan darat. Ia harus masuk ke dalam bumi.

Tak ada aral dari Medang Kamulan ke Laut Selatan. Aral baru ada ketika ia pulang ke Medang Kamulan. Ia tak mengetahui arah pulang.

Berita Terkait

Image

Gubernur Jenderal Harusnya ke Grobogan tapi Malah ke Cepu, Kenapa?

Image

Gubernur Jenderal Harusnya ke Grobogan tapi Malah ke Cepu, Kenapa?

Image

Sumpah Pemuda, Tokoh Maluku di Balik Kongres Pemuda

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com