Lincak

Anjing Menggigit Orang Tetap Berita, Jadi Urusan Diplomatik

Gedung Biofarma di Bandung ini dulu merupakan gedung Institut Pasteur. Orang yang digigit anjing berikut anjingnya dulu dikirim ke sini untuk pemeriksaan. Anjing menggigit orang tetap menjadi berita, bahkan pernah menjadi urusan diplomatik. Sumber: edi yusuf/republika

Untuk sebuah sensasi, orang menggigit anjing adalah berita. Adalah Charles A Dana, pemimpin koran The New York Sun (The Sun) periode 1868-1897, yang diklaim melontarkan adagium soal sensasi berita itu pada 1882.

New York Times membuktikan orang menggigit anjing itu sebagai berita lewat berita pada 29 Juni 1925 berjudul “Pria Menggigit Anjing, Lalu Masuk Berita. Anjing Membalas dengan Cara yang Sama”. Koran di Belanda, De Grondwet, juga memuat berita itu pada 7 Juli 1925 dengan judul “Pria Bikin Sensasi Gigit Anjing”.

Dari tahun ke tahun, adagium itu selalu jadi bahan pembicaraan koran-koran di belahan dunia. Pada 24 Februari 1954, koran Frisian Courier di Belanda menulis judul berita: ”Anjing Mengigit Orang dan Masih Menjadi Berita”. Bahkan, anjing menggigit orang pernah jadi urusan diplomatik. Kok bisa?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

The New York Sun (The Sun) berdiri sejak 1833, dengan fokus berita-berita kriminal dan bunuh diri. Charles A Dana membelinya pada 1868 lalu menjadi pemimpin redaksinya, menggunakan The Sun untuk mendukung salah satu kandidat presiden dan perang sipil.

Charles A Dana merupakan asisten sekretaris perang Abraham Lincoln. The Sun ditujukan untuk kelas bawah, karenanya koran itu dijual dengan harga satu peni.

Namun, adagium orang menggigit anjing adalah berita bukan dari Charles A Dana, melainkan dari John B Bogart, redaktur kota The Sun yang bertugas pada 1873-1890. Adagium itu untuk menegaskan pentingnya kebaruan dan hal-hal aneh dalam pemberitaan.

Hal-hal yang normal, biasa-biasa saja, dan tidak mengejutkan, menjadi tidak menarik dibandingkan dengan hal-hal yang baru, tidak biasa, aneh, dan mengejutkan. Pernyataan itu terwakili oleh peristiwa anjing mengigit orang yang dianggap hal biasa, tetapi manusia menggigit anjing dianggap tidak biasa.

Menanggapi adagium itu, koran-koran lain benar-benar menurunkan berita orang menggigit anjing. Untuk anjing menggigit orang, koran-koran lain juga memberitakannya, untuk membuktikan bahwa anjing menggigit orang pun adalah juga berita.

Di Indonesia (Hindia Belanda saat dijajah Belanda), sering terjadi peristiwa anjing menggigit pribumi. Maka, koran-koran Belanda pun dari tahun ke tahun masih menganggap anjing menggigit orang sebagai berita.

Setiap ada peristiwa anjing menggigit pribumi, selalu ada keterangan anjing dan korban dibawa ke Institut Pasteur untuk pemeriksaan. Belanda mendirikan Institut Pasteur di Bandung sebagai pusat penelitian mikrobiologi di Hindia Belanda.

Kasus anjing menggigit orang di Indonesia pada masa kolonial masih menarik perhatian, karena berkaitan dengan kemungkinan penyebaran virus rabies. Virus yang bisa menyebar lewat air liur anjing ini menyerang pusat saraf, dan menjadi fatal jika tidak diobati.

Kemkes.go.id mencatat, kasus rabies pertama di Indonesia diketahui pada 1884, dua tahun setelah muncul adagium orang menggigit anjing adalah berita. Namun, saat itu penyakit itu ditemukan di kuda.

Rabies di anjing baru ditemukan kasusnya di Indonesia pada 1889 dan lima tahun kemudian, yaitu pada 1894, ditemukan kasus rabies pada manusia di Jawa Barat. “Di Indonesia 98 persen kasus rabies ditularkan akibat gigitan anjing dan dua persen adalah akibat gigitan kucing dan kera,” tulis kemkes.go,id.

Berita Terkait

Image

Sahroni tak Apa DPR Dimaki Anjing, Makian Anjing Bikin Sultan Agung Marah

Image

Apakah Sumpah Pemuda Jadi Berita Utama di Koran-Koran Masa Itu?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com