Egek

Inovasi Putra Dayak di Ibu Kota Nusantara (IKN) Ini Disebut Teh Bawang Dayak, Harganya Lebih Mahal dari Batu Bara

Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S Akhmad (kedua dari kiri) di stan Kalimantan Timur bersama Khaleev Solaii Tsardi (paling kiri), pelaku UMKM penerap SNI untuk produk teh bawang dayak. Khaleev menyebut sebagai inovasi Putra Dayak dari IKN. Sumber: priyantono oemar

Sebagai lulusan dari Teknik Pertambangan Universitas Kutai Kartanegara, Khaleev Solaai Tsardi lalu bekerja di perusahaan tambang sejak 2004. Tapi kemudian ia memutuskan keluar pada 2017 dan membuka usaha sendiri di bawah bendera UKM Solaindo.

Ia menawarkan produk inovasi yang ia sebut sebagai produk inovasi Putra Dayak dari Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia olah bawang dayak sebagai minuman kesehatan, yaitu teh bawang dayak.

Kalimantan umumnya, dan Kutai khususnya, ada tanaman endemik yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu bawang dayak. Dalam bahasa Dayak Benoa, kata Khaleev, bawang dayak itu disebut teawai.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Nama itu yang kemudian ia pakai sebagai nama produknya. Menurut Khaleev, ada banyak khasiat yang dikandung oleh bawang dayak. Di antaranya: menurunkan tekanan darah, menurunkan gula darah, meredakan sakit perut, mengatasi sembelit, mengobati kanker usus.

Ia membeli bawang dayak seharga Rp 40 ribu per kilogram. “Harga ini jauh lebih mahal dari harga batubara. Per metrik ton batu bara harganya Rp 800 ribu, berarti sekilo kan cuma Rp 800,” kata anak eks kepala adat Dayak Benoa itu.

Itu juga yang menjadi alasan Khaleev untuk keluar dari kerja di pertambangan, lalu mengurusi budidaya bawang dayak. Kata dia, agar Bumi Kalimantan tidak semakin hancur akibat pertambangan.

Modal awal yang ia pakai pada 2017 cuma Rp 300 ribu. Yaitu untuk membeli bawang dayak yang kemudian ia olah menjadi minuman.

Minuman itu pesanan kakaknya. Dijadikan suguhan untuk tamu-tamu kakaknya yang datang dari Jawa.

“Dari Rp 300 ribu berkembang menjadi Rp 1 juta,” ungkap Khaleev di sela acara Peringatan Bulan Mutu Nasional 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu (20/11/2024).

Ia memulai usaha pada 2017. Produk minumannya ia namai Teawai, sebagai teh artisan. “Terpilih sebagai Karya Kreatif Indonesia Bank Indonesia tahun 2022, 2023, 2024,” ujar Khaleev.

Jika pemerinah lebih mementingkan ekonomi hijau, menurut Khaleev, mengembangkan bawang dayak jauh lebih berguna bagi bumi daripada harus mengeruk batubara dari bumi. Untuk menjalankan usahanya, Khaleev telah bekerja sama dengan kelompok-kelompok petani.

Ada 10 kelompok tani yang telah bekerja sama dengannya. Mereka ada di Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Kutai Barat.

Ia telah menjalin kerja sama dengan retail modern untuk memasarkan produknya, tapi disetop setelah berjalan lima tahun. “Ternyata banyak peminat, menyedot 40 persen pasar teh produksi retail modern itu,” kata Khaleev.

Berita Terkait

Image

Prabowo Ingin Swasembada Pangan. Berani Tiru Orang Dayak dan Orang Papua?

Image

Ingin Kenang Perploncoan PMB Malah Seperti Peresmian Proyek di IKN