Baru Ada 16 Pahlawan Perempuan, Komnas Perempuan Ajak Teladani Kepahlawanan Perempuan
Presiden Prabowo mengundur pengumuman enam nama pahlawan nasional yang dinobatkan pada 2024. Adakah nama pahlawan perempuan di daftar enam pahlawan baru itu? Pada 2018, Roehanna Koeddoes tidak lolos seleksi sebagai pahlawan nasional.
Perjuangan perempuan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia perlu diakui dan dihormati. Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), meskipun kontribusi perempuan dalam sejarah perjuangan Indonesia sangat besar, tetapi pengakuan dan penghormatan terhadap peran mereka masih sangat terbatas.
Hingga tahun 2023, hanya 16 pahlawan perempuan yang diakui secara resmi. Jumlah ini masih sangat sedikit disbanding jumlah pahlawan laki-laki, terdaftar sebanyak 190 nama.
“Hal ini mencerminkan kesenjangan dalam pengakuan terhadap kontribusi perempuan dalam sejarah bangsa, yang sering kali dinegasikan atau terlupakan dan minim penghargaan dalam narasi sejarah yang dominan,” ujar Komisioner Komnas Perempuan Veryanto Sitohang dalam pernyataan persnya menyambut Hari Pahlawan 10 November 2024.
Veryanto mengungkapkan, perempuan Indonesia telah memberikan peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. Baik itu dalam peran langsung sebagai pejuang di medan perang, maupun sebagai pemimpin sosial, pendidik, dan pejuang emansipasi.
Sejak 2021, Komnas Perempuan aktif memperkenalkan tokoh-tokoh perempuan sebagai pahlawan. Pada rabu, 13 November 2024, Komnas Perempuan akan mengadakan webinar bertajuk “Pahlawan Perempuan Dalam Catatan Sejarah Indonesia”.
Pada webinar yang kan diadakan pukul 09.30 - 12.00 WIB itu, Komnas Perempuan akan memperkenalkan tiga nama tokoh perempuan sebagai pahlawan. Ketiganya adalah:
1. Ratu Ageng Tegalrejo. Ia memiliki peran besar di bidang militer sebagai panglima Bregada Langen Kesuma - kesatuan pasukan elite perempuan pengawal raja yang sangat tangguh.
2. Soerastri Karma Trimurti, lebih dikenal dengan nama SK Trimurti. Ia merupakan seorang wartawan, penulis, guru dan menteri Tenaga Kerja pertama (saat itu Menteri Perburuhan). Di bidang jurnalistik memiliki kiprah yang besar dalam kemerdekaan Indonesia.
3. Raden Ajeng Sutartinah atau yang lebih dikenal dengan Nyi Hajar Dewantara. Ia turut berperan dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk perempuan dan menuliskan isu perempuan di berbagai surat kabar.