Grobogan Paceklik, Beredar Surat Provokasi Lawan Orang Eropa
Pada 4 Mei 1904, penduduk Gedangan, Sidoarjo, menyerbu pabrik gula. Memakai baju serba putih, mereka membawa parang. Tentara yang menjaga pabrik gula memberondongkan tembakan, sehingga banyak penduduk yang terkapar.
Penduduk bergerak setelah adanya surat yang memprovokasi mereka untuk melawan Belanda. Itu ajakan diatasnamakan jihad.
Pada September 1904, polisi Belanda juga menemukan surat provokasi di Grobogan. Isi surat itu memprovokasi penduduk agar melawan orang Eropa di Grobogan, di saat paceklik melanda Grobogan.
Surat itu, seperti dilaporkan oleh Bataviasch Nieuwsblad pada September 1904, dibuat dengan mengatasnamakan tiga orang tetapi tidak ada tanda tangan dari ketiganya: Haji A dan Kiai B serta Kiai C.
Ketiganya mengaku dari Surabaya. Hal itu diduga agar orang-orang mengaitkan seruan di surat itu dengan seruan jihad di Sidoarjo yang menimbulkan banyak korban pada Maret 1904.
Setelah polisi Cepu menyelidiknya, tiga penulis surat yang mengaku dari Surabaya itu tak terbukti. Stempel pos di perangko tertanda cap pos Blora.
Dugaan mengarah kepada Soerodiwirjo, perekrut kuli di Cepu, sebagai pembuat surat. Polisi Cepu terus mengawasi dia.
“Dia diduga ingin menimbulkan kepanikan di Grobogan dan memancing di air keruh,” tulis Bataviasch Nieuwsblad pada September 1904, mengenai dugaan polisi.
Pada September 1904 itu, Grobogan belum pulih dari paceklik sejak 1900. Kemarau panjang dan banjir saat hujan membuat petani Grobogan gagal panen, sehingga kesulitan bahan pangan.
Usulan pembuatan saluran irigasi sejak 1877 tak kunjung direalisasikan. Pada 1893, Gubernur Jenderal Hindia Belanda bahkan sudah setuju dengan anggaran sebesar tiga juta gulden untuk irigasi Grobogan, tapi lagi-lagi tidak terealisasi hingga 1904.