Kendeng

Bupati Grobogan Pernah Tangkap Sekretaris Tan Malaka, Sarekat Islam Jadi Pintu Masuk Komunis ke Grobogan

Penjara Boven Digoel. Pada 1928 ada 43 orang Grobogan yang diindikasikan sebagai komunis dibuang ke sini. Komunis masuk ke Grobogan lewat Sarekat Islam yang pecah menjadi Sarekat Islam Merah. Bupati Grobogan pernah mendapat tugas memburu tokoh komunis di Bangkok. Sumber:-dokumentasi priyantono oemar

Sebelum diangkat menjadi bupati Grobogan, R Soekarman pernah menjadi wedana (mantri polisi) Semarang. Setelah terjadi pemberontakan PKI 1926-1927, ia mendapat tugas dari pemerintah kolonial, memburu aktor di Bangkok yang memiliki hubungan dengan gerakan komunis di Semarang dan Grobogan.

Pada 1928 ada 51 orang yang diindikasikan berafiliasi dengan PKI ditangkap, lalu dibuang ke Boven Digoel. Sebanyak 43 di antaranya berasal dari Grobogan, sisanya dari Semarang. Sarekat Islam yang masuk Grobogan pada 1911, ternyata jadi pintu masuk komunis ke Grobogan.

Menurut catatan De Indische Courant Febrari 1937, kepala polisi di Bangkok tidak percaya ada sel internasional komunis di kotanya. Tapi Soekarman tidak sia-sia. Ia menangkap Soebakat, sekretaris Tan Malaka di Bangkok lalu dibawapulang ke Batavia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Soebakat ditahan di penjara negara di Meester Cornelis (Jatinegara). Tapi ia memilih bunuh diri daripada harus menjalani interogasi.

Tentang banyaknya orang Grobogan menjadi simpatisan komunis, ceritanya bermula dari masuknya Sarekat Islam di Grobogan pada 1911. Ketika Sarekat Islam pecah, Sarekat Islam di Grobogan menjadi pintu masuk bagi Sarekat islam Merah.

Sarekat Islam Merah ini berhaluan komunis, kemudian mengubah diri menjadi Sarekat Rakjat, Orang-orang Grobogan yang ditangkap lalu dibuang ke Boven Digoel, adalah anggota atau propagandis Sarekat Rakyat Baru.

Mereka, seperti dicatat De Locomotief, Agustus 1928, adalah:

Rogolo alias Kliwon (45 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Pelem.

Martoredjo alias Notoredjo (40 tahun), petani, pemimpin lingkaran Sarekat Rakyat Baru, dari Tahunan.

Sumodipoero alias Kasdan (30 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Truwolu.

Kromoastro alias Sariban (20 tahun) masinis, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Ngaringan.

Sastroredjo alias Tahir (35 tahun), mantan modin dan kamituwa, petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Ngaringan.

Tirtodikromo alias Soedaib (40 tahun), petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.

Karjoredjo alias Kamidin (40 tahun), mantan kepala desa, petani dan pedagang ternak, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.

Soerodikromo alias Sunti (50 tahun), mantan kamituwa, petani, anggota Sarekat Rakjat Baru, dari Kalangdosari.

Berita Terkait

Image

Ini Syarat Gelar Pahlawan Nasional, Bupati Grobogan Ini Memenuhi?

Image

Bikin Trilogi Pedesaan, Layakkah Bupati Grobogan Ini Jadi Pahlawan Nasional?

Image

Siapa yang Layak Jadi Pahlawan Nasional dari Grobogan?