Hampir 300 Anak di Grobogan Kurang Gizi pada 1952, Siapa Saja Mereka?
Pada tahun 1952, Grobogan masuk koran Java Bode gara-gara ada hampir 300 anak kurang gizi. Anak-anak yang mengalami gizi buruk itu ada di Desa Grabagan, Desa Kuwu, dan Desa Banjarsari. Apakah kakek buyut Anda yang mengalaminya?
Sebagian besar dari mereka bukan dari keluarga petani sawah, melainkan petani garam. Di wilayah itu ada banyak sumur air asin, yang kemudian airnya diproses menjadi garam.
Munculnya kabar ada hampir 300 anak kurang gizi di Kabupaten Grobogan pada Maret 1952 itu terjadi setelah adanya berita kelaparan di Surakarta. Ketika pemerintah menangani kasus kelaparan di Surakarta, muncullah berita kasus malnutrisi di Grobogan.
Seabad sebelumnya, kasus kelaparan yang parah telah menimpa Grobogan dan Demak. Akibat bencana kelaparan itu, banyak warga yang meninggal, tidak hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa.
Saat itu penduduk Grobogan yang semula 98.500 jiwa pada 1848, tinggal 9.000 jiwa pada 1850. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Jacob Rochussen lantas memecat Residen Semarang yang ia anggap lalai.
Saat itu, bencana kelaparan juga terjadi di Demak. Dari 336 ribu penduduk Demak pada 1848, gara-gara bencana kelaparan itu, pada 1859 tinggal 120 ribu jiwa.
Kasus hampir 300 anak mengalami kurang gizi terjadi karena para petani garam tak bisa menjual garam mereka. Produksi garam darat yangd ibuat dari air sumur yangdiambil dari sumur-sumur di sana tak terserap oleh pasar.
Para petani garam itu mengalami kesulitan akibat anjloknya harga garam dan masuknya garam dari daerah lain ke wilayah mereka. Mereka tak mampu membeli bahan makanan, sehingga anak-anaknya mengalami malnutrisi.
Pemerintah kemudian memberikan bantuan kepada mereka. Keluarga yang anaknya mengalami kurang gizi mendapat bantuan beras dan uang.
Tak ada catatan nama-nama keluarga petani garam yang anaknya mengalami malnutrisi itu. Adakah kakek-buyut Anda pada tahun itu mengalami malnutrisi?
Ma Roejan