Lincak

Ini Penyebab Koran Bintang Timoer Sepelekan Kongres Pemuda yang Hasilkan Sumpah Pemuda

Koran milik Budi Utomo, Darmokondo, menjelaskan penyebab koran terbesar, Bintang Timoer, menyepelekan Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda. Sumber:dokumentasi perpusnas ri

Koran-koran lain memuat berita sejak persiapan Kongres Pemuda Indonesia II yang menghasilkan Sumpah Pemuda itu. Hanya koran Bintang Timoer yang dipimpin Parada Harahap yang tidak melakukannya.

Saeroen pun mengkritiknya di koran Keng Po. Lalu pada 29 Oktober 1928, Bintang Timoer memuat berita soal Kongres Pemuda, tetapi sebagai pembelaan atas kritik Saeroen dan kritik dari Sigit yang dilontarkan di Kongres Pemuda.

Sigit menyindir satu koran di Betawi yang tidak memberikan pendidikan yang baik kepada pembacanya. Sigit menggugat surat kabar itu. Bintang Timoer pun menanggapinya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Kalau Tuan Sigit tahu bahwa satu surat kabar seperti Bintang Timur bukan satu lectuur untuk anak-anak, maka ia kira kita tidak akan ingin melihat dari surat kabar harian semacam ini keluar suatu karang-karangan yang berisi pendidikan, karena satu surat kabar yang memuat demikian rupa, tidaklah surat kabar orang-orang yang matang,” tulis Bintang Timoer.

Parada Harahap tampak tersinggung oleh kritik Sigit, sehingga ia menilai para pelajar yang berkongres itu sebagai orang yang belum matang. Apakah Parada Harahap hanya tersinggung oleh ucapan Sigit?

Ternyata tidak. Selama ia hadir di Kongres Pemuda, Parada Harahap mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan hati. Darmokondo menjelaskannya dalam tulisan berjudul “Ngambek! ‘Bintang Timoer contra Studenten” yang dijadikan sebagai berita utama di halaman pertama.

Darmokondo heran koran Indonesia terbesar sekelas Bintang Timoer tidak mau memuat berita tentang Kongres Pemuda. Wartawan Darmokondo juga meliput acara itu dan mencatat berbagai hal yang dialami oleh Parada Harahap selain kritik dari Sigit, sebagai berikut:

a. Berhubung dengan lezingnya Tuan Sigit (Student) dan Voozitter dari Indonesisch Clubgebouw Kramat. Beliau menceritakan bahasa di kota ini ada satu surat kabar yang suka betul sama karbol, pendek kata beliau sudah cap surat kabar itu ada surat kabar karbol. Tidak baik untuk dibacanya oleh pemuda-pemuda berhubung dengan soal pendidikan.

b. Di waktu kongres yang kedua, jika kita tidak salah mendengar dan mengetahui, hopredaktur dari itu surat kabar datang juga di rapat itu, akan tetapi dari sebab sudah penuh (berjejal), maka terpaksalah ia berdiri di samping dekat putrid-putri, dan tidak lama lagi pergi di ruang pers-tafel, akan tetapi diberitahu oleh salah seorang anggota bestir, bahasa kursi yang kosong itu ada persediaan koresponden dari Sin Po, jadi terpaksa anggota bestir tadi tidak mengizinkan itu hopredaktur duduk di situ, akan tetapi ... lantas duduk saja. Adapun duduknya di belakang bestir betul-betul (menempel). Menjaga jangan sampai ada misvatting (keliru terima) dari pihak luaran (dikira anggota bestir), maka anggota bestir yang di dekatnyalantas tarik kursinya dan membalikkannya. Dus hopredaktur tadi di belakang bestir duduknya.

c. Dalam rapat yang penghabisan di Indonesisch Clubgebouw, hopredaktur tadi dihormati oleh student-student, di mana dia jalan ... selalu diiring diketawai oleh student-student itu, dari sebab tidak tahan itu lelucon, maka pergilah ia mengelojor entah ke mana!

Demikianlah sedikit keterangan, maka surat kabar itu tidak mau muat perslag kongres, akan tetapi rupa-rupanya menyesal perbuatan itu, sebab sehabis ‘gigit-Sigit’, hari keduanya, jika tidak lupa surat kabarnya tanggal 30 Oktober 1928, boleh dibilang perslag ‘kecil’ ada dimuatnya.

Berita Terkait

Image

Ternyata Kalangan Tua Juga Hadir di Kongres Pemuda yang Hasilkan Sumpah Pemuda

Image

Ternyata Kalangan Tua Juga Hadir di Kongres Pemuda yang Hasilkan Sumpah Pemuda

Image

Ternyata Kalangan Tua Juga Hadir di Kongres Pemuda yang Hasilkan Sumpah Pemuda