Lincak

Orang Cina tak Mau Disebut Sebagai Orang Indonesia, Ini Penyebabnya

Lampion biasa menyemarakkan tahun baru Imlek, yang dirayakan oleh orang Cina. Pada 1930-an ada perdebatan seru di kalangan orang Cina peranakan di Indonesia. Yang satu ingin menjadi orang Indonesia, yang lainnya menolak keinginan yang dianggap akan merendahkan posisi orang Cina itu. (foto: antara/republika)

Orang Cina di Indonesia ribu ketika ada yang ingin menjadi orang Indonesia (Indonesier). Banyak orang Cina yang menolak usulan ini dan tak mau disebut sebagai orang Indonesia.

Adalah Liem Koen Hian, yang pada 23 Agustus 1932 menyatakan perlunya orang Cina di Indonesia memiliki kesadaran menjadi orang Indonesia (Indonesier). Sebulan setelahnya, yaitu pada 25 September 1932, Liem Koen Hian bersama orang Cina peranakan di Surabaya mendirikan Partai Tionghoa Indonesia.

“Perkataan Indonesier bisa berarti seorang Indonesier asli, yaitu artian ethnologisch dan juga berarti raakyat dari negeri Indonesia, yaitu artian staatkundig,” kata Liem Koen Hian saat memberikan ceramah umum di Surabaya pada 23 Agustus 1932.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Liem mengatakan, sebutan Indonesier sama dengan sebutan Nederlander. Nederlander memiliki pengertian sebagai orang Belanda totok.

“Tetapi juga bisa juga berarti seorang Duits totok, seorang Inggris totok atau seorang Tionghoa totok,” kata Liem menyebut Nederlander dalam pengertian di Belanda.

Oleh karena itu, baginya, tidka aneh pula jika sebutan Indonesier tidak hanya diperuntukkan bagi orang Indonesia totok. Tetapi juga sebuatan bagi siapa pun yang menjadi rakyat di Indonesia.

“Dengan lain perkataan, perkataan Indonesier tidak mesti cuma berarti seorang Indonesier asli saja,” kata Liem Koen Hian.

Bahwa benar orang Indonesia belum memiliki pemerintahan sendiri. Belum ada kerakyatan Indonesia. Tapi, menurut Liem, bukan halangan bagi orang Cina peranakan untuk menjadi orang Indonesia.

“Sebab, ... saya berkeyakinan, dalam tempo yang tidak terlalu lama tentu lahir itu staatkundig begrip, tentu lahir burgerschap atau kerakyatan Indonesia, turut mana tidak saja orang Indonesier asli yang dinamakan Indonesier, tetapi juga peranakan Tionghoa, peranakan Belanda, peranakan Arab...,” lanjut Liem.

Dokter Soetomo dari Persatoean Bangsa Indonesia (PBI) mendukung gagasan Liem Koen Hian itu. Di kemudian hari, dokter Soetomo juga mendukung pendirian Partai Tionghoa Indonesia.

Berita Terkait

Image

Sumpah Pemuda, Perempuan, dan Bahasa Indonesia

Image

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Pasar, Bangsa Melayu Itu yang Mana Sih?

Image

Melawan Belanda dengan Bahasa