Tegak Lurus Bersama Jokowi, Revolusi Kata Bung Karno tidak Tegak Lurus
Di buku Bung Karno Sahabatku, Willem Oltmans mengutip pernyataan Sukarno:
Apa yang terjadi di negeri ini adalah bahwa kita menyaksikan kecenderungan ke kanan dari revolusi ini. Proses revolusiner bukanlah jalan raya/bulevar yang lurus, seperti yang saya lihat di Leningrad. Jean Jaures telah memformulasikannya dengan jernih. Revolusi itu bukan Champs Elysees, tidak tegak lurus. Namun arah lurus itu tidak boleh hilang dari pandangan kita, agar revolusi tidak tergelincir’.
Champs Elysees adalah jalan lurus sepanjang dua kilometer di Paris. Kata Sukarno, revolusi itu tidak tegak lurus. Tapi agar revolusi tidak tergelincir, arah lurus tidak boleh hilang dari pandangan. Maka, pada masa kepemimpinan Sukarno, lahirlah barisan “pedjah gesang ndherek Bung Karno” (mati hidup ikut Bung Karno).
Di masa Mataram berjaya di Jawa, raja-raja dari kerajaan kecil yang takluk pada Mataram memiliki pernyataan, antara lain: pangréran Soerabaja sawadya-bala ngatoraken pedjah gesang dateng Mataram (Pangeran Surabaya bersama bala-tentaranya menyerahkan mati-hidupnya kepada Mataram); Sang Adipati Soemedang ladjeng ngatoeraken pedjah gesang kondjoek sang Nata ing Mataram (Sang Adipati Sumedang lalu menyerahkan mati hidupnya untuk Sultan Mataram).
Ketika kaum zending menyebarkan iman Kristen di Jawa, orang Jawa yang beralih keimanan pun pada awal abad ke-20 memliki ucapan seperti yang dilontarkan seorang perempuan penderita kusta ini:
Betapa sederhana dan mencolok perkataan salah satu wanita, yang menderita sendiri, ditujukan kepada pasien baru, mendesak mereka untuk tetap berpegang teguh pada Pemimpin mereka, untuk selalu berdoa memohon lebih banyak cahaya, soepados pedjah gesang sami saged ndherek Goesti (mati hidup agar bisa ikut Gusti). Yang dimaksud Gusti di sini tentu saja Tuhan Jesus.
Kini, ada lagi slogan “tegak lurus bersama Jokowi” atau cukup “bersama Jokowi” saja, ketika Jokowi sudah berada di akhir masa kepemimpinan dan Jokowi sedang memilih calon penerusnya. Maka, baru kali ini pendukung Jokowi akan menyatakan dukungannya pada dua capres: Ganjar dan Prabowo. Itu terjadi karena Jokowi sampai hari ini masih memperlihatkan dukungannya pada dua sosok itu. Apa di bilik suara Pilpres 2024 nanti mereka mencoblos dua-duanya?
Konsep ratu adil dalam masyarakat tradisional Jawa yang muncul sejak abad ke-19, telah merasuki kalangan menengah atas berpendidikan. Pangeran Diponegoro oleh masyarakat tradisional Jawa dulu dinisbahkan sebagai ratu adil. Lalu Sukarno juga begtu. Oleh masyarakat Jawa tradisional juga dinisbahkan sebagai ratu adil. Sekarang, oleh masyarakat modern, Jokowi dinisbahkan juga sebagai ratu adil lewat perilaku mereka yang tradisional. Maka, sekali kunjungan Prabowo ke PSI, barisan “tegak lurus bersama Jokowi” di partai ini pun kocar-kacir.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Bung Karno Sahabatku karya Willem Oltmans (2001)
Javaansche bibliographie, gegrond op de boekwerken van het Bataviaasch genootschap van kunsten en wetenschappen (1921)
Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap (1904)