Ngopi Pagi Gara-gara Bus yang akan Dipakai Piknik Wartawan pada 1932 Terlambat Datang
Ngopi pagi dilakukan para wartawan di Batavia ketika menunggu bus untuk berangkat piknik ke Sukabumi pada 1932. Para wartawan yang akan piknik adalah para penulis rubrik pojok Kajawen, Bintang Timoer, Siang Po, Sin Po, Java-Bode, Pandji Poestaka, Parahiangan, Volksstem. Si Kampret dari Siang Po ditunjuk sebagai ketua rombongan, yang juga bertugas mencari bus.
Oohya! Baca juga ya:
Saran Dokter Saraf Amerika Soal Ngopi Pagi Ini Sudah Dilakukan Orang Indonesia Sejak Dulu
'Ngopi Dulu', Penulis Inggris Sebut Kopi adalah Penyeimbang yang Hebat
Nikmatnya Ngopi Pagi di Indonesia yang tak Bisa Didapatkan di Amerika Serikat
Pada 05.30, para wartawan sudah pada datang. Setengah jam lebih awal dari kesepakatan yang ditetapkan: pukul 06.00 berangkat. Titik kumpul ditetapkan di rumah wartawan Kajawen, di Gang Karnolong No 8, Betawi Sentrem (Batavia Centrum). “Untungnya saya masih sempat sarapan dan ngopi segala,” kata wartawan Kajawen, di Kajawen edisi 10 Agustus 1932.
Namun, pukul 06.00, Si Kampret belum juga datang. “Kira-kira pukul 06.30 Si Kampret datang, tetapi tidak bersama otobis,” kata wartawan Kajawen. Para wartawan yang sudah menunggu sejak 05.30 pun menggerutu. Mengomel, menyebut Si Kampret: O, berati belum Indonesier, masih inlander. Ada juga komentar: Wah, kok seperti pengantin baru musim dingin, kesiangan terus.
Si Kampret yang tak mau dipoyok terus, akhirnya balik kanan menjemput bis. Bus baru tiba pukul 07.30. Selama menunggu sebelum Si Kampret datang, para wartawan makin jengkel, sehingga harus ngopi dulu.
“Sampai-sampai saya harus nombok kopi sekati,” ujar wartawan Kajawen. Uang satu kati setara dengan 754,6 gram emas. “Andai pukul 07.30 belum datang juga, bisa-bisa saya harus menyediakan makan juga,” lanjut wartawan Kajawen.
Priyantono Oemar