Oppenheimer, Einstein, dan Laporan Jurnalistik 'Hiroshima' John Hersey
Film Oppenheimer sedang merebut hati penonton, termasuk di Indonesia. Dialah Julius Robert Oppenheimer, fisikawan pembuat bom atom.
Di akhir film, ada dialog Albert Einstein --ilmuwan pertama yang melontarkan teori mengenai energi atom-- dengan Oppenheimer. Bagi Einstein, karya Oppenheimer tidak termaafkan.
Oohya! Baca juga ya: Kata Albert Einstein, Hidup Itu Seperti Naik Sepeda
Saya jadi ingat diskusi di kelas Jurnalisme Naratif (Sastrawi) Angkatan I yang diadakan oleh ISAI- Pantau pada 2001. Pengampu kelas adalah Janet Steele, dosen jurnalistik dari George Washington University dan Andreas Harsono dari Yayasan Pantau. Salah satu karya jurnalisme naratif yang dibahas adalah "Hiroshima". Einstein mengetahui efek luar biasa dari bom atom itu setelah nembaca laporan jurnalistik John Hersey pada Agustus 1946 yang berjudul "Hiroshima" ini, yang dimuat di The New Yorker.
Laporan Hersey yang terdiri dari empat bagian sebanyak 30 ribu kata, dimuat sekaligus dalam satu edisi. Laporan lain terpaksa disingkirkan.
Hersey mewawancara 44 narasumber, tetapi hanya enam yang dijadikan sebagai tokoh dalam ceritanya. Ini laporan jurnalistik melalui suara korban. Tidak bicara jjumlah korban, tidak bicara teknis bomnya. Yang ditonjolkan sisi humanismenya.
Dicetak 300 ribu eksemplar, New Yorker ludes dalam sekejap. Dua hari kemudian New Yorker bekas laku dengan harga 120 kali lipat, dari harga 15 sen dolar Amerika menjadi 18 dolar Amerika.
Einstein ingin membeli 1.000 eksemplar untuk ia kirim ke para ilmuwan koleganya, tetapi ia tak mendapatkannya. Ia kemudian mengirimkannya melalui mesin faksimile.
Priyantono Oemar