20 November 1979, Jamaah Haji Belum Pulang Semua, Masjidil Haram Dikuasai Pemberontak
Pada 1979, terjadi pemberontakan bersenjata kelompok Juhaiman Al-Utaibi di Makkah. Dalam sejarah Makkah, baru kali inilah ada kelompok yang berhasil melakukan pengambilan secara paksa terhadap Masjidil Haram. Pada 929, kelompok Karmatian hanya bisa menjarah Ka’bah dan mencuri Hajar Aswad.
Oohya! Baca juga ya:
Anekdot Haji. Sibuk Melihat Orang Berbelanja di Tanah Suci, Sampai Lupa Berbelanja
Anies Baswedan Bertemu Imam Masjid Nabawi, Kami 'Berburu' Imam Masjidil Haram
Juhaiman dan ratusan pengikutnya, pada musim haji 1979 berkumpul di Makkah. Yaroslav Trofimov dalam bukunya, Kudeta Mekkah, menggambarkan membludaknya jamaah haji dari berbagai penjuru dunia, mulai dari Indonesia hingga Afrika. Sekitar 100 ribu jamaah. Ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Para ulama Makkah pada Oktober melaporkan kepada ulama senior di Riyadh mengenai adanya desas-desus bahwa Imam Mahdi akan muncul di Ka’bah pada musim haji tahun 1979 ini.
Pada musim haji 1979 ini, jamaah haji dari Indonesia tidak dibatasi. “Sepanjang pegangkutan memungkinkan.” Demikian bunyi Pasal 3 Keppres Nomor 8 Tahun 1979 tentang Besarnya Ongkos Naik Haji 1979/1980. Keppres ini ditandatangani Presiden Soeharto pada 16 Maret 1979. Biaya haji saat itu sekitar Rp 1,4 juta. Nominalnya berbeda-beda berdasarkan bulan pelunasan.
Pada 20 November 1979, awal Muharram 1400 Hijriyah, kelompok pemberontakj bersenjata Juahiman menguasai Masjidil Haram. Mereka memprotes maraknya korupsi di Arab Saudi. Pada tanggal ini, Raja Khalid sedang sakit flu dan beristirahat di istananya di Riyadh. Sedangn putra mahkota, Pangeran Fahd, sedang berada di Tunisia, memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter.
“Di antara lautan manusia itulah terdapat ratusan pemberontak dengan wajah garang. Sebagian dari mereka mengenakan hiasan kepala dengan tanda petak-petak berwarna merah. Beberapa di antaranya sudah ada di dalam masjid selama beberapa hari, mengintip kelokan jalan yang menghubungkan antargedung, juga jalan terusan. Sebagian lainnya diangkut dengan bus sepanjang malam. Sementara yang lain lagi mengendarai mobil sendiri menuju Makkah pagi harinya, tiba pada menit terakhir, lalu segera bergabung dengan anak-anak dan pafa istri untuk meghilangkan kecurigaan penjaga,” tulis Yarislav Trofimov.
Priyantono Oemar