Sekapur Sirih

Pengakuan Kemerdekaan Indonesia, Mark Rutte: Saya Ingin Membicarakannya dengan Presiden Indonesia

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte bertemu Presiden Jokowi pada Oktober 2019. Rutte ingin bertemu kembai dengan Jokowi untuk membicarakan pengakuan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 (foto: wihdan hidayat/republika).
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte bertemu Presiden Jokowi pada Oktober 2019. Rutte ingin bertemu kembai dengan Jokowi untuk membicarakan pengakuan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 (foto: wihdan hidayat/republika).

Dalam debat mengenai Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia 1945-1950, Ellemeet, anggota parlemen Belanda dari Partai Groenlinks bertanya kepada Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. “Saya juga bertanya kepada Perdana Menteri, bagaimana kabinet akan menyebarkan pengetahuan tentang sejarah ini lebih luas di Belanda?”

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Belanda tak Mau Akui Kekejaman Selama Perang Kemerdekaan Indonesia Sebagai Kejahatan Perang?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Debat Kejahatan Perang Vs Kekerasan Ekstrem Terkait Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Belanda

Pertanyaan itu diajukan terkait dengan hasil penelitian mengenai Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia 1945-1950. Ada detail mengenai kekejaman militer Belanda pada saat Perang Kemerdekaan Indonesia itu. Ellemeet menyebutnya sebagai kejahatan perang, tetapi pemerintah hanya mengakui sebagai kekerasan ekstrem. Terkait dengan hal itu, pengakuan pemerintah Belanda terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, tentu mengubah catatan sejarah Belanda. Buku-buku sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia perlu diganti, karena selama ini mencatat kemerdekaan Indonesia 27 Desember 1949.

Terkait dengan pengakuan hari kemerdekaan Indonesia ini, Ellemeet juga bertanya, “Saya bertanya kepada Perdana Menteri apakah dia ingin berdiskusi dengan Presiden Indonesia bagaimana mereka dapat bersama-sama mengakui tanggal 17 Agustus 1945? Bagi saya, hal ini penting dilakukan dengan cara yang juga dapat disetujui oleh Indonesia... Itu elemen yang sangat penting bagi saya, sehingga dilakukan dengan cara yang dikatakan Indonesia: Ya, ini yang kami inginkan.”

“Ya. Jawabannya iya. Saya akan memberi Anda sedikit latar belakang tentang itu. Belanda mengakui 17 Agustus sepenuhnya dan tanpa syarat. Kami benar-benar melihat proklamasi sebagai fakta sejarah pamungkas. Dan yang sebenarnya Anda lihat, terutama dalam beberapa tahun terakhir, kami juga hadir di semua jenis perayaan pada 17 Agustus. Beberapa tahun yang lalu saya menjadi tamu di rumah Duta Besar Indonesia dan juga diizinkan makan di sana dan berpidato. Dan Raja setiap tahun mengirimkan telegram ucapan selamat pada 17 Agustus. Dan memang, khususnya tentang Presiden Indonesia: Saya sangat ingin melihat bagaimana Anda dapat memberikan pengakuan atas perayaan kemerdekaan Indonesia... Saya akan melihatnya bersama dia,” jawab perdana Menteri Belanda Mark Rutte.

“Saya sangat senang mendengarnya. Saya pikir itu penting. Dan saya juga mengerti bahwa Perdana Menteri memiliki peran dalam hal ini,” sahut Ellemeet.

“Ya, tentu saja. Saya ingin membicarakan hal itu dengan dia (Presiden Indonesia). Kita akan segera bertemu. Ya, segera, tapi bagaimanapun, kami tentu saja akan mempersiapkannya dengan baik, tetapi ketika ada kesempatan pertemuan multilateral, kami akan segera bertemu lagi,” jawab Rutte.

Lalu, Ellemeet juga bertanya, “Apa yang dilakukan kabinet untuk mengembalikan benda dan arsip budaya Indonesia ke Indonesia?”

“Permintaan telah diajukan ke komite penasihat independen yang menasihati Sekretaris Negara untuk Budaya dan Media. Dia juga membuat keputusan berdasarkan saran itu. Kebijakan juga sedang dikembangkan untuk arsip dengan konteks kolonial. Dewan Kebudayaan telah dimintai nasihat tentang hal ini. Dia juga akan memberi nasihat tentang akses ke arsip ini dan bagaimana menangani permintaan restitusi. Kami berharap saran ini siap di musim gugur. Kemudian, tentunya juga akan ada tanggapan kebijakan atas anjuran tersebut.,” jelas Rutte.

Priyantono Oemar

Berita Terkait

Image

Hati-Hati, Lahan Gambut yang Dibuka Jokowi untuk Food Estate Hanya 1 Persen yang Cocok

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com