Jalan ke Baduy, Masyarakat Baduy Dalam Juga Mengenal Musik
![Para pemuda Baduy Dalam menunggu rombongan mahasiswa dari Bandung beristirahat di perjalanan menuju kampung Baduy Dalam, Cibeo. Masyarakat Baduy juga mengenal musik, menggunakan alat musik tradisional seperti suling, angklung, dan kecapi.](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/ptdbrepr1n.jpg)
Jika Anda melihat lebih dekat di sekitar Anda, kata penulis Belanda K Schippers, Anda akan melihat bahwa semuanya berwarna. Namun, jika Anda melihat lebih dekat pada gambar-gambar orang Baduy, lanjut Schippers, Anda akan melihat bahwa tradisi dihormati, tetapi ada juga penyimpangan darinya.
Jalan ke Baduy. Hitam dan Putih Pakaian Baduy, Apa Maknanya?
Jalan ke Baduy, Mahasiswi Bandung Terkesan dengan Kesederhanaan Masyarakat Baduy
Mereka disiplin menjalankan adat, termasuk dalam hal alat musik misalnya. Suling dan angklung yang terbuat dari bambu diperbolehkan di Baduy, termasuk di Baduy Dalam. “Di masyarakat Baduy, Banten Selatan, konon ada kebiasaan menggoyangkan tiga atau empat angklung di akhir pekerjaan di atas huma serang, yaitu tanah subur yang disucikan, pada kesempatan pesta Kawalu,” tulis J Kunst di buku Music in Java yang terbit pada 1949.
Kecapi, yang juga menjadi alat musik tradisional Sunda, juga dimainkan di Baduy Dalam. Selama ngaroronda, seperti dicatat di buku Music in Java, para pemuda Baduy yang belum menikah menyanyikan lagu-lagu cinta dengan iringan kecapi. Alat musik kecapi di Baduy panjangnya lebih kecil daripada di luar Baduy. Arsip Musikologi yang dirujuk Kunst menyebutkan, panjang kecapi Baduy hanya 66 cm.
Tukang pantun Baduy, kata Kunst, mengiringi diri mereka sendiri saat membacakan hikayat kepahlawanan dari alam kuno Pajajaran. “Isi pantun semacam itu ... menyediakan data yang diperlukan untuk lakon panggung Lutung Kasarung, yang dipentaskan untuk pertama kalinya pada Kongres Java Institute pada tahun 1921,” tulis Kunst.
Ahad (28/5/2023) pagi, Sadim (60 tahun) mengeluarkan kecapi dari kamarnya. Jumat-Ahad (26-28/5/2023) ada rombongan pengunjung yang dibawa oleh komunitas Merdeka Hiking Club (MHC). Anggota rombongan mencapai 47 orang, terdiri dari anggota Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) dan mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Rumah Sadim menjadi salah satu dari lima rumah yang dijadikan tempat menginap.
Panjang kecapinya juga kecil, sekitar 70 cm. Dia pernah membawanya ke Jakarta saat ada pameran kerajinan Baduy. Untuk membawa ke Jakarta, kecapi dititipkan rombongan warga Baduy luar yang naik kendaraan. Sementara, Sadim berangkat dari Baduy Dalam berjalan kaki ke Jakarta.
Suling, anglung, kecapi, kata Sadim, boleh dimainkan di Baduy, tetapi alat musik modern tidak boleh. Ahad pagi kemarin, Sadim memainkan tembang “Oray-orayan”. Kecapi biasa dimainkan di acara-acara adat. “Enaknya, kecapi dibawakan pada malam hari, lebih syahdu,” kata dia.
Priyantono Oemar
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/2dcba3833a408c306a7f37165f038a2a.jpeg)