Jalan ke Baduy, Mahasiswi Bandung Terkesan dengan Kesederhanaan Masyarakat Baduy
Kehidupan masyarakat adat Baduy menampar kesadaran Agrilia Finsa Ivanka. “Saya harus banyak mensyukuri apa yang saya jalani. Mereka bisa hidup sederhana, tetapi bahagia. Karena apa? Karena mereka mensyukuri kehidupan mereka,” tutur mahasiswi anggota Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) itu.
Agril mengunjungi Baduy pada Jumat-Ahad (26-28 Mei 2023). Ada hampir 50 orang di rombongan yang diikuti Agril. Selama di kampung masyarakat Baduy Dalam, Kampung Cibeo, Agril makan seperti yang mereka makan sehari-hari. “Makan dengan sambal, petai, ikan asin,” kata Agril.
Mereka sering makan dengan lauk ikan asin atau kecap dan garam saja, karena ikan asin tahan lama. “Kata Kang Natan, kalau makan ayam, masakan ayam gampang busuk. Mereka cari makanan yang lama busuknya” ujar Agril yang kuliah Tata Boga Poltekpar NHI Bandung, menyebut Natan, pemuda Baduy Dalam yang ia ajak mengobrol.
Natan baru berumur 17 tahun, dan akan segera menikah. Ia sudah dijodohkan oleh orang tua saat berusia lima tahun. Pernikahan yang akan dialami Natan merupakan pernikahan untuk seumur hidup, pantang bercerai.
Agril terkesan dengan pernikahan di Baduy ini. “Sempet ngobrol dengan Kang Sapri, katanya di Baduy gak ada perceraian, menikah hanya satu kali untuk seumur hidup. Pokoknya di Baduy laki-laki harus benar-benar bertanggung jawab. Keren loh mereka,” kata Agril.
Priyantono Oemar