Autobiografi Harmoko, Bergaul dengan Masyarakat Samin di Blora
Harmoko pernah menghabiskan masa kecilnya di Blora. Di kota yang berada di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, itu, Harmoko menemukan pergaulan masyarakat Samin. Ia mengaku kaget dengan masyarakat Samin yang tak ia temukan di desa kelahirannya, Patianworo, Nganjuk, Jawa Timur.
Perilaku masyarakat Samin, seperti diceritakan Harmoko di buku autobiografi berjudul Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi, berbeda denan perilaku masyarakat Jawa pada umumnya. Logat bahasa Jawa yang mereka pakai pun berbeda. “Misal, uang Rp 1,5 mereka sebut sak suku. Kalau bilang luwe (lapar), luweh. Ngelih menjadi ngeleh,” kata Harmoko di halaman 41 buku autobiografi yang diluncurkan pada Sabtu (25/2/2023).
Oohya! Baca juga Peluncuran Autobiografi Harmoko, Hari-hari Omong Kosong.
Setahun tinggal di Blora, yaitu tahun 1953-1954, Harmoko ngenger di rumah kakaknya yang menjadi guru SMP Negeri Blora. “Ko ngenger itu ikut serta. Bukan sekadar ikut. Jadi kamu harus benar-benar menyatu dengan masmu.” Ibu Harmoko memberikan pesan kepada Harmoko, seperti diceritakan di halaman 41.
Selama di Blora, Harmoko mengaku beruntung karea di perpustakaan sekolah ada banyak buku bacaan. Di sanalah ia membaca biografi HOS Tjokroaminoto, Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo, dan RA Kartini. Makam Kartini yang tak jauh dari Blora diziarahi Harmoko.
Saat menjadi menteri penerangan, Harmoko pernah ditunjuk sebagai penanggung jawab peringatan Hari Kebangitan Nasional. Sementara, penanggung jawab peringatan Hari Pahlawan adalah Menteri Sosial dan tanggung jawab peringatan Hari Pendidikan Nasional diserahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Harmoko pun membuka-buka lagi biografi Soetomo dan Wahidin Soedirohusodo yang ia baca di masa SMP itu.
Harmoko lahir di Patianworo, Nganjuk, Soetomo lahir di Ngepeh, juga di Nganjuk.
Ma Roejan