Ladang Bergulir Masyarakat Dayak Iban di Kalimantan Barat Ditanami 40 Jenis Padi
Masyarakat Dayak Iban di Kalimantan Barat bertani dengan sistem ladang bergulir. Lahan dibuka dengan cara dibakar.
Di acara-acara adat, masyarakat adat Dayak Iban di Sungai Utik, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, biasa membuat pulut pansoh. Yaitu nasi ketan yang dimasak di bambu. Pulut pansoh itu menjadi salah satu sajian makae begulae (makan bersama) mereka.
Pulut adalah jenis padi yang ditanam (sebanyak 1-2 gantang, tergantung luas ladang yang ditanam) untuk “memberi jalan” bagi padi-padi lain yang akan ditanam. Satu gantang setara dengan 3,125 kilogram. Ada 40 jenis padi yang ditanam, termasuk jenis pulut yang memiliki bulir kecil (pulut mit) dan bulir besar (pulut besaileka). Padi sangking dan padi pon adalah dua jenis padi yang dianggap paling tua yang mereka miliki, biasa dipakai untuk acara sumpah jika ada masalah yang harus diselesaikan. Oohya! Baca juga: Masyarakat Dayak Meratus Punya 26 Jenis Padi dan tidak Bergantung pada Pupuk Subsidi.
Mereka menanam padi di ladang bergulir (berpindah, untuk kemudian hingga waktunya tiba, berpindah ke ladang awal lagi). Pembukaan lahan dilakukan dengan cara membakar lahan di bulan Agustus. Tanah, bagi mereka adalah ibu, yang memberi makan sehari-hari. ''Tanah to indae kitae.''
Mereka mempunyai hubungan spiritual dengan tanah, mereka membuka lahan dengan cara membakar. Pembakaran lahan melibatkan adat, dengan skala lahan yang tidak luas, melibatkan pemilik lahan sebelahnya, dan ada pembatas api, dijaga, dan dipadamkan, sehingga tidak menjalar. Oohya! Baca juga: Mengenal Ladang Berpindah Masyarakat Dayak Kalimantan yang menceritakan cara bertani masyarakat Dayak Meratus.
Priyantono Oemar