Egek

Makan Pinang, Ludah Jadi Merah. Jangan Buang Sembarang

Penari Papua di Sentani, sehabis makan pinang lidah terlihat berwarna oranye (foto: priyantono oemar)
Penari Papua di Sentani, sehabis makan pinang lidah terlihat berwarna oranye (foto: priyantono oemar)

Ludah menjadi merah setelah makan pinang. Perlu bawa tempat ludah pinang agar tidak membuang ludah sembarang.

Musa Piatawa sudah mulai makan pinang sejak kecil. Ia meniru para orang dewasa di dekatnya yang tiap saat selalu makan pinang. “Usia lima tahun coba makan pinang,” kata pemuda Kampung Molof, Kabupaten Keerom, Papua, dalam acara webinar Econusa bertajuk “Mace: Potensi Buah Pinang, dari Tradisi Jadi Siap Ekspor”, Rabu (30/11/2022).

Karena sehari-hari sudah akrab dengan pinang, maka ia kemudian memutuskan menjadi petani pinang. Ia memiliki 100 pohon pinang. Ia harus menempuh perjalanan tiga jam menggunakan sepeda motor untuk menjual pinangnya. Satu karung bisa dijual dengan harga Rp 1 juta.

Bagi orang Papua, pinang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. “Pinang sudah seperti dessert. Asyik, habis makan lalu makan pinang,” ujar Putri Agrowisata Indonesia 2021 Yokbet Merauje, yang memandu acara webinar.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bagi orang Papua, makan pinang dianggap dapat menyehatkan gusi dan mulut. Daging biah pinang (biji) dikunyah, disusul dengan sirih, lalu kapur. “Lama-lama warna dari oranye ke merah,” ujar Yokbet.

Jika ludah sudah berwarna merah itu pertanda prosesi makan pinang sudah selesai. Di lidah dan bibir bagian dalam biasanya akan ada sisa warna oranye yang melekat.

Ludah berwarna merah lalu dibuang. “Buat masyarakat yang suka makan pinang, pesan saya, budayakan tidak buang ludah sembarang. Sediakan tempat buat ludah pinang supaya kita tidak membuang ludah di mana-mana,” kata Christine Sanggenafa, dosen Antropologi Sosial Universitas Cendrawasih, Jayapura.

Oohya! Klik juga:

- Kamu Ada di Kubu Mana, Makan Pinang Berair, Pinang Kental, atau Pinang Gebe?

- Bagaimana Rasa Pinang Sirih? Ini kata Orang-orang Papua

- Bahan Kontak Itu Bernama Pinang, Sudah Membudaya di Papua

- Dengan Pinang Sirih, Perbincangan di Papua Menjadi Sangat Mengasyikkan

Priyantono Oemar