Pitan

Kenakan Pakaian Kompeni Saat Jemput Pakubuwono I, Sunan Amral Hampir Diserbu Lagi Setelah Perang Berebut Keraton Mataram

Sunan Amral, ilustrasi karya Tirto. Saat menjemput Pakubuwono I setelah perang berebut keraton Mataram, Sunan Amral hampir diserbu lagi karena ia mengenakan pakaian Kompeni.

Pakubuwono I menuruti permintaan Adipati Urawan mengirim utusan untuk menghadap Amangkurat II. Urawan saatbitu mfnyamar sebagai tukang rumput menemui Pakubuwono I sebagai utusan Amangkurat II untuk menghentikan perang kakak adik berebut keraton Mataram.

Dalam suratnya yang dititipkan kepada utusan, Pakubuwono I menyerahkan hidup matinya kepada Sunan Amral alias Amangkurat I. Setelah membaca surat itu Sunan Amral pun berniat menjemput adiknya, Pskubuwono I.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saat menjemput, Sunan Amral mengenakan pakaian Kompeni. Prajurit Mataram pengiring Pakubuwono I pun bersiaga , Sunan Amral gampir fiserbu lagi karena dikira musuh.

Oohya! Baca juga ya:

Setelah Sunan Amral Melepas Pakaian Kompeni, Ini yang Terjadi pada Pakubuwono I saat Perang Berebut Keraton Mataram

Sebelum penjemputan dilakukan, Sunan Amral memerintahkan kepada Patih Nerangkusumo untuk menyiapkan tempat tinggal untuk Pakubuwono I. Tempat tinggal itu tidak boleh jauh dari keraton.

Selama tujuh hari tempat tinggal dipersiapkan di sebelah barat pasar. Semua perlengkapan didatangkan dari keraton.

Saat hari penjemputan tiba, Sunan Amral naik gajah. Pakubuwono I meminta para prajurit mengikat tombak.

Tembang kodhok ngorek bergema dari gamelan, genderang bergemuruh. Gara-gara Sunan Amral datang dengan mengenakan pakaian Kompeni, prajurit Pakubuwono I melepas tombak-tombak dari ikatannya.

Oohya! Baca juga ya:

Tak Hafal 12 Nama Murid Yesus Kristus, Winona Araminta Dihukum Lari 12 Putaran, Eh, Sang Guru Malah Masuk Islam

Mereka bersiap menyerbu Dunan Amral, membuat prajurit Kartosuro yang mengiring Sunan Amral kalang kabut. Pakubuwono I kaget dibuatnya sehingga bertanya kepada punggawanya.

Ia mendapat jawaban jika ada yang datang mengenakan pakian Kompeni. Itulah yang mfmbuat para prajurit bersiaga.

Pakubuwono I pun segera meminta Adipati Urawan menemui Sunan Amral untuk memberi tahu bahwa penampilannya membuat prajurit Mataram terkejut. Mereka menganggap yang datang adalah musuh.

Prajurit Kartosuro yang sudah melarikan diri menduga, Pakubuwono I hanya pura-pura menyerah. Mereka menduga Pakubuwono I akan mengamuk begitu sudah dekat dengan Sunan Amral.

Maka, meliihat prajurit Mataram membuka ikatan tombak dan bersiaga untuk menyerbu Sunan Amral yang mengenakan pakaian Kompeni, prajurit Mataram melarikan diri. Mereka tak mau menjadi korban perang saudara berebut keraton Mataram.

Tiba di hadapan Sunan Amral, Adipati Urawan menyampaikan pesan Pakubuwono I bahwa prajurit Mataram terkejut melihat Sunan Amral datang mengenakan pakaian Kompeni. Dikira, musuh yang datang, Sunan Amral hampir diserbu lagi.

Oohya! Baca juga ya:

Kisah Aji Saka dan Merpati Yesus Kristus Menurut Ronggowarsito

Sunan Amral lalu memerintahkan Urawan kembali kepada Pakubuwono I. Pakubuwono I pun meminta para prajurit mengikat kembali tombak mereka laku berangkat menemui Sunan Amral.

Begitu tiba di hadapan Dunan Amral, Pakubuwono I turun dari kuda. Ia langsung sungkem dan Sunan Amral segera memeluknya. Mereka menangis haru.

Kepada para adipati, Sunan Amral meminta agar mereka juga berbakti kepada Pakubuwono I. Para adipati segera msju untuk menyampaikan sembah bakti.

Mereka kemudian bersama-dama berangkat ke keraton. Pakubuwono I mrnyerahkan keraton Mataram kepada Sunan Amral.

Synan Amral krmuduan mrmberikan gekar baru buat adiknya, yang merupakan wasiat dari Amangkurat I, yaitu Pangeran Adipati. Pangeran Puger yang menjadi Pakubuwono I kini menjadi Pangeran Adipati Puger.

Oleh Sunan Amral, Pangeran Adipati Puger diserahi tanggung jawab terhadap 12 ribu orang Matatam

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Buku III, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]