Lincak

Resep Minuman dari Sultan Agung, Cocok untuk Bulan Puasa?

Raja Mataram Sultan Agung disebut memiliki resep minuman jamu yang didapat dari Makkah. Sepertinya minuman ini cocok diminum pada bulan puasa agar tetap kuat bedagang untuk tadarus.

Selama menunaikan ibadah puasa, sepertinya perlu mencoba meminum jamu hangat peninggalan Raja Mataram ini. Minuman jamu yang satu ini disebut dapat membantu menjaga stamina dan semangat.

Dengan begitu, selama bulan Ramadhan, meski berpuasa, badan tidak lemas dan tidak cepat lelah. Minuman ini disebut dapat mengatasi kelelahan dan meningkatkan konsentrasi.

R Tanojo yang membukukan resep minuman jamu itu menyebutnya sebagai resep yang didapat dari Makkah. Babad Pagedongan menyebut Sultan Agung sering pergi shalat Jumat ke Masjidil Haram di Makkah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Penulis Minang Ini Punya Trik Jitu Ikut Tarawih 21 Rakaat

Sultan Agung mendapatkan penghulu keraton juga pada saat melakukan perjalanan ke Makkah itu. Ia melintas ke Panarukan di ujung timur Jawa, melihat petani yang sedang bekerja di kebun.

Petani itu menitip salam kepada Sultan Agung untuk disampaikan kepada Imam Syafii di Makkah. Setelah menyampaikan salam itu kepada Imam Syafii, Sultan Agung mendapat nasihat dari Imam Syafii agar mengangkat petani di Panarukan itu sebagai penghulu keraton.

Petani itu disebut oleh Imam Syafii sudah sering ke Makkah untuk menunaikan shalat lima waktu. Jadi bukan shalat Jumat saja seperti yang baru dimulai oleh Sultan Agung.

Sultan Agung pergi ke Makkah atas anjuran Sunan Kalijaga, yang melihat Sultan Agung hobi meloncat dari gunung ke gunung di wilayah Jawa sehabis shalat Subuh. Daripada kemampuannya hanya digunakan untuk loncat gunung, Sunan Kalijaga menyarankan agar digunakan untuk meloncat ke Makkah, melakukan shalat sana.

Sultan Agung mematuhi anjuran gurunya itu. Maka, Jumat itu setelah bertemu Sunan Kalijaga di puncak Gunung Merapi, ia berangkat ke Makkah.

Oohya! Baca juga ya:

Dislepet Kain Basah Saat Puasa, Penulis Minang: Ayah Sering Marah di Bulan Puasa

Sebelum bertemu Sunan Kalijaga, Sultan Agung sudah empat kali meloncat dari Gunung Semeru ke Gunung Merapi, melintasi Gunung Lawu dan Gunung Merbabu. “Karena sudah berganti memeluk agama Arab, lebih baik pergi sembahyang Jumat di Makkah. Siapa tahu dapat kemuliaan,” kata Sunan Kalijaga kepada Sultan Agung.

Dari Makkah, Sultan Agung pulang membawa oleh-oleh. Pertama ia harus mengangkat seorang penghulu untuk mengajarkan agama Islam di keraton, kedua membuat jamu hangat untuk berbagai manfaat.

Jamu hangat itu ternyata tak hanya untuk menjaga stamina dan mengusir rasa lelah. Melainkan juga untuk menajamkan kecerdasan, meningkatkan daya konsentrasi, mengatasi gangguan penglihatan, mengatasi gangguan pendengaran, mengatasi sakit kepala.

Berarti, siapa tahu dengan minum jamu ini, saat begadang tadarus Quran, tidak akan mengalami sakit kepala dan masuk angin. Minuman ini dibuat dari berbagai rempah, antara lain cabai rawit, bunga cengkih, kayu manis, biji kapuk randu, isi buah pala, bunga pala (fuli), bunga sidowayah, temu kunci, temu laos, dan kayu kemloko.

Tapi minuman ini tidak boleh diminum oleh perenpuan yang sedang hamil atau menyusui,” kata R Tanojo. Sebelihnya, laki perempuan, tua muda, boleh meminumnya.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Pagedongan (1941)
- Ratjikan Djampi Anget, dicuplik dari primbon kuno oleh R Tanojo (1940)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]