Kendeng

Ki Ageng Selo Cicit Raja Majapahit di Grobogan Menjawab Tuduhan Takut pada Darah

Gambar Ki Ageng Selo, cicit Raja Majapahit Brawijaya V yang tinggal di Grobogan, sedang menangkap petir.

Meski telah mengalahkan banteng dengan tangan kosong, Raja Demak Raden Patah tidak meluluskan pemuda Selo --yang merupakan cucunya sendiri dari garis keturunan beda ibu-- menjadi prajurit Demak. Pemuda Selo yang bernama kecil Bagus Sogum itu dinilai penakut karena tak berani melihat darah banteng yang dilukainya.

Oohya! Baca juga ya: Meski Berhasil Kalahkan Banteng, Cicit Raja Majapahit yang Tinggal di Grobogan Ini Tetap Ditolak Jadi Prajurit

Bagus Sogum yang bisa menangkap petir itu memang diakui bisa menekan hawa nafsu. Ketika Sunan Kalijaga bertanya kepadanya sebagai murid yang paling sakti, Bagus Sogum yang dikemudian hari dikenal sebagai Ki Ageng Selo, mengaku tidak menginginkn apa-apa selain wadah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sunan Kalijaga memahami maksud Ki Agen Selo. Wadah itu bisa dipakai untuk diisi apa saja. SUnan Kalijaga menasihatinya agar terus melakukan tirakat dan terus memperbanyak amal sedekah untuk mendapatan wadah itu.

Cerita lisan di Grobogan berkisah, Ki Getas Pandowo, ayahnya, pernah menyampaikan keinginannya kepada Bagus Sogum agar menjadi orang yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang-orang di Keraton Demak. Ayahnya juga menasihati agar tidak menjadi pendendam, kendati ketiak ia ditolak menjadi prajurit Demak ia meluapkan dendamnya dengan menyerbu Demak. Masih darah muda.

Oohya! Baca juga ya: Punya Ibu Mertua Seorang Bidadari, Adik Raden Patah Ini tidak Pernah Sungkem kepada Ibu Mertuanya

Ia juga dipesan untuk menghindari pertumpahan darah. Itu sebabnya, ketika ia melawan banteng ia tidak mau melihat darah banteng. Kemampuan menghancurkan sesuatu dengan angan kosong juga diajarkan oleh kakeknya.

Untuk mendapatkan kesaktian, ia mendapat pelatihan dari kakeknya, Bondan Kejawan,. Dia dilatih menatap matahari tanpa berkedip. Hasilnya, jika kelak menghadapi musuh, dengan tatapan mata saja musuh bisa lumpuh.

Setelah gagal menjadi prajurit ia menekuni kehidupannya sebagai petani dan pendakwah di Desa Selo. Muridnya banyak, juga ia ajari ilmu kanuragan. Termasuk sang murid kesayangan, Jaka Tingkir.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Ki Ageng Selo karya T Wedy Utomo (1981)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

 

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam