Kendeng

Tempat Produksi Garam di Grobogan, Ini Asal Nama Bledug Kuwu

Pembuatan garam darat di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah. Bagaimana asal-usul desanya diberi nama Kuwu dan lokasi pembuatan garam ini disebut Bledug Kuwu? Sumber:priyantono oemar

Tanpa menyebut lokasi, catatan Cina zaman Dnasti Tang di abad ke-7, seperti dikutip oleh Groeneveldt, menyebut adanya sumber air asin di Jawa. Ada banyak lokasi sumber air asin di Jawa, salah satunya di wilayah Grobogan, Jawa Tengah.

Areal luas yang memiliki sumber air asin di Grobogan namanya Bledug Kuwu. Di desa-desa lain di Grobogan, air asin itu keluar dari sumur-sumur yang kemudian dipakai untuk membuat garam.

Catatan Cina itu menyebut Kalingga sebagai kerajaan di Jawa bagian utara yang dikunjungi oleh penjelajah Cina. Beberapa ahli memperkirakan ibu kota Kalingga di wilayah Jepara atau Pekalongan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada masa itu, di sebelah selatan Gunung Muria masih ada teluk yang bisa dimasuki kapal. Pada zaman Sultan Agung, kapal-kapal Belanda masih bisa masuk ke teluk ini.

Air asin yang ada di Bledug Kuwu diperkirakan berasal dari Laut Jawa, yang mengalir masuk ke teluk ini. Namun, legenda yang hidup di masyarakat Grobogan beda ceritanya.

Menurut legenda itu, air asin itu berasal dari Laut Selatan. Mengalir ke wilayah Grobogan melalui lorong bawah tanah bekas jejak perjalanan anak Aji Saka.

Dari kisah inilah nama Bledug Kuwu bermula. Ceritanya, setelah kalah dari Aji Saka, Raja Medang Kamulan Prabu Dewatacengkar menjelma menjadi buaya putih dan hidup di Laut Selatan.

Aji Saka kemudian menggantikannya menjadi raja Medang Kamulan. Ia memiliki seorang anak, yang mendatanginya saat anak itu menginjak dewasa.

Untuk mengujinya, anak itu diminta pergi ke Laut Selatan, bertanding dengan Buaya Putih. Namun, ia tak boleh lewat jalan darat, melainkan harus menyusup melalui dalam tanah.

Anak Aji Saka ini masihberupa ular naga. Ia lalu masuk ke dalam tanah untuk pergi ke Laut Selatan. Tanpa halangan, bisa mencapai Laut Selatan.

Namun saat pulang, ia sering linglung karena gelapnya dalam tanah. Ia harus sering muncul ke permukaan untuk melihat arah Medang Kamulan.

Tempat kemunculannya itulah yang kemudian mengeluarkan air asin. Ia muncul di beberapa tempat, seperti di Jono, sekarang masuk wilayah Kecamatan Tawangharjo, Grobogan.

Kemunculan terakhir ke permukaan sebelum tiba di Medang Kamulan yang lokasiny ada di Ngrunut adalah di sebuah hamparan tanah yang luas. Rupanya karena kecapekan, ia istirahat di sini, sebelum melanjutkan perjalanan sepanjang 13 kilometer lagi ke sebelah timur laut.

Karena sering linglung sehingga harus sering muncul ke permukaan itulah yang membuat anak Aji Saka itu diberi nama Joko Linglung. Wedana Kradenan bercerita, karena Joko Linglung beristirahat di dataran luas tempat kemunculannya itu, maka tempat itu diberi nama Kuwu, yang kemudian menjadi ibu kota Kawedanan Kradenan.

Berita Terkait

Image

Pemuda Ini Alirkan Air Laut ke Grobogan, Kisahnya Mirip Dracin

Image

Pemuda Ini Alirkan Air Laut ke Grobogan, Kisahnya Mirip Dracin

Image

Gubernur Jenderal Harusnya ke Grobogan tapi Malah ke Cepu, Kenapa?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com