Pitan

80 Tahun Merdeka, Masih Bertanya Bisa Kenyang?

Setelah 80 tahun merdeka, makanan pokok bangsa Indonesia masih nasi. Masihkah bertanya bisa kenyang, ketika bertemu makanan pokok non-nasi? Sumber: dokumentasi priyantono oemar

Ketika Hatta dibuang ke Bangka pada 1948, rumah di Yogyakarta dijaga tentara Belanda. Pembantu rumah tangga Hatta, Suyatmi dan teman-temannya, tetap tinggal di rumah itu.

Untuk makan, tentara Belanda menawari Suyatmi, “Mammie, wat wil je eten? Mau rijst atau brood?” “Mau rijst, sebab kalau brood tidak bisa kenyang,” kata Suyatmi, memilih nasi (rijst) daripada roti (brood) seperti dikutip buku Bung Hatta, Pribadinya dan Kenangan.

Hingga hari ini pun, 80 tahun setelah merdeka, banyak orang Jawa tetap tidak bisa kenyang sebelum makan nasi, ketika swasembada beras terus dikejar dan ketahanan pangan lokal terus diabaikan. Meski sudah makan ubi atau keladi, mengaku belum makan hingga bertemu dengan nasi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada 2010 untuk pertama kalinya saya mencicipi papeda. Pada 2001 pernah ke Ambon, tapi hanya mendapati sagu kering yang dikonsumsi dengan cara dicelupkan ke teh manis, seperi menikmati camilan.

Pada 2010 itu saya sempat ragu ketika menanyakan menu papeda. Pelayan restoran di Manokwari menjelaskan, papeda adalah makanan khas Papua yang dibuat dari tepung sagu.

“Bisa kenyang nggak,” tanya saya saat memesan papeda pukul 16.00 WIT. Meski dijawab dijamin kenyang, saya masih bercanda mengancam, “Kalau jam 12 malam lapar, saya gedor pintu ya.”

Saya mengatakan hal itu, karena menjadikan makan pukul 16.00 itu sebagai makan malam. Jawaban yang saya dapat, “Resto sudah tutup jam 10 malam.”

Kenyataannya, papeda semangkok besar yang saya nikmati dengan ikan kuah bening itu memang sangat mengenyangkan. Jadi, porsinya harus banyak.

Demikian pula ketika saya mencoba makan ubi keladi di Merauke pada 2019. Ubi keladi yang direbus kemudian ditumbuk halus lalu dicampur dengan air santan lalu dimasak lagi hingga menjadi padat.

Dengan dua potong dan sayur daun pepaya, sudah cukup mengenyangkan bagi saya. Namun, teman dari Jayapura, lahap dengan empat potong ubi keladi.

Saya heran ketika ikut acara tentara selama tiga bulan pada 2012, pada saat makan ada menu umbi-umbian. Rupanya, menu umbu-umbian itu sengaja disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan makan para prajurit dari Maluku dan Papua.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com