Lincak

Kisah Organisasi Garong Diteriaki Sebagai Perampok

Pada masa perang kemerdekaan ada organisasi bernama Gabungan Romusa Ngamuk. Disingkat Garong. Namun kemudian, Garong berubah arti menjadi perampok. Sumber: republika

Pada tahun 1950-an, organisasi Garong tidak hanya menjadi musuh Proletar Indonesia, melainkan juga menjadi musuh Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Garong pada awal kemerdekaan merupakan bagian dari pasukan cadangan TRI, tapi kemudian diburu TRI.

Pada 1953, Tentara Divisi Jawa Tengah mengadakan operasi tritunggal, melibatkan tentara, polisi, dan sipil untuk menumpas kelompok Garong yang diteriaki sebagai perampok. "Mengejar musuh sampai ke tempat persembunyiannya yang terjauh dan menghancurkan senjatanya sebanyak mungkin adalah tugas utama tentara," tegas Letkol Moh Bachrun, komandan Tentara Divisi Jawa Tengah saat mengunjungi operasi di wilayah Semarang dan Grobogan pada Maret 1953.

Pada tahun 1950, perlawanan terhadap garong telah dilakukan. Garong bernama Latip ditemukan di Kendal dalam keadaan tewas di dadanya ditinggalkan peringatan atas nama Protelar Indonesia: "Kita bertindak. Saudara Garong (pengacau) inginkah mendapat hukuman seperti ini?"

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Garong muncul pada masa perang kemerdekaan. Saat itu, untuk mencegah kembalinya Belanda menguasai Indonesia, ada banyak kelompok sipil yang melakukan perlawan selain kelompok militer.

Mereka menjadi bagian dari TRI, termasuk di dalamnya kelompok Garong. Menurut Het Dagblad edisi 14 Juni 1946, Garong singkatan dari Gabungan Romusa Ngamuk.

Kelompok-kelompok itu menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda. Orang-orang Cina yang berlindung kepada Belanda menjadi sasaran mereka.

Garong bertindak lebih jauh dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain. Kelompok ini juga mencuri dan merampok, bahkan menculik orang-orang Cina untuk dimintakan tebusan.

Pada tahun 1946, koran-koran masih memberi penjelasan garong sebagai Gabungan Romusa Ngamuk. Atau memberi penjelasan dalam bahasa Belanda, tijgerkat (kucing harimau). Namun, pada 1948 koran-koran sudah menyebutnya sebagai rampok atau pengacau.

Tindakan Garong semakin menjadi-jadi pada 1948. Het Dagblad edisi 11 Juli 1948 melaporkan, ada lima penjaga kampung di Tasikmalaya yang tewas dibunuh, diduga oleh Garong.

Koran Trouw edisi 10 Desember 1946 menyebut, Garong semula bagian dari pasukan cadangan TRI. Akibat gencatan senjata setelah penandatanganan Perjanjian Linggarjati pada November 1946, Garong memisahkan diri atas persetujuan TRI.

Setelah gencatan senjata berakhir, mereka melakukan aksi-aksi perampokan di desa-desa. Mereka membawa pentungan dan dua granat tangan per orang. Sebelum bertindak, mereka mencari informasi dengan menggunakan mata-mata untuk mengetahui harta benda di desa di dekat wilayah yang dikuasai Belanda atau sudah dikuasai Belanda.

“Jika orang di kampung itu memberikan perlawanan, beberapa granat tangan digunakan untuk menimbulkan rasa takut. Orang-orang itu juga tidak segan-segan membantai beberapa penduduk desa terlebih dahulu,” tulis Trouw.

Warga yang ketakutan memilih melarikan diri. Mereka akan berteriak, "Garong, garong. Rampok, rampok." “Namun, aduh, ketika mereka kembali keesokan harinya, rumah mereka sudah hangus dibakar para perampok,” lanjut Trouw.

Mereka lalu mencari perlindungan kepada Belanda. Oleh tentara Sekutu/Belanda, mereka akan dirawat dan dipekerjakan.

Berita Terkait

Image

Usia Grobogan Hampir 3 Abad, Ini Asal Usul Nama Daerah Tempat Anak Raja Majapahit Dibuang

Image

Tak Ada Pahlawan Lokal Jadi Monumen di Grobogan, Kenapa?

Image

Ini Arti Garong Versi Koran Belanda Tahun 1946

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com