Lincak

Jika Dibuang ke Boven Digoel, Bung Karno: Aku akan Hidup Enak

Penjara Boven Digoel, dipakai untuk menahan interniran yang berbuat kriminal. Benarkah Bung Karno akan hidup enak jika dibuang ke Boven Digoel? Pada 1934-1938, Bung Karno dibuang di Ende.

Mengapa Bung Karno dibuang ke Ende, tidak ke Boven Digoel? Pertanyaan ini menghantui Inggit, istri Bung Karno, seperti yang diceritakan di buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Kalo boleh memilih, Bung Karno lebih senang dibuang ke Boven Digoel daripada ke Ende. Ende ia sebut sebagai ujung dunia, sedangkan di Boven Digoel ada 2.600 orang yang sudah dibuang di sana yang disebut Bung Karno akan membuatnya bisa hidup enak.

“Tentu aku akan memperoleh kehidupan enak di sana. Dapatkah kau bayangkan, apa yang akan diperbuat Sukarno dengan 2.600 prajurit yang sudah disiapkan itu?” tanya Bung Karno kepada Inggit sebelum berangkat ke Ende.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Benarkah lamunan Bung Karno itu, bahwa ia akan hidup enak di Digoel dan bisa mengguncang negeri Belanda dari Digoel bersama 2.600 interniran? Jika dari Ende Bung Karno Karno kemudian dipindah ke Boven Digoel, sepertinya ia akan mengaku lebih enak dibuang ke Ende.

Di Ende hanya ada enam polisi. Ia pun tinggal di rumah pengasingan bersama Inggit, ibu mertua (Amsi), dan anak angkat Ratna Djuami. Hanya keluarga dia yang menjadi orang buangan dan ia boleh bepergian dalam radius lima kilometer, tapi menurut sejarawan Belanda Martin Bossenbroek boleh dalam radius 10 kilometer.

Polisi berpakaian preman mengawasinya dalam jarak 60 meter di belakangnya. Di Ende tak ada intrik-intrik seperti halnya di Digoel, seperti yang dialami Mas Marco Kartodikromo.

Ke Ende, Bung Karno hanya membawa satu peti buku. Hatta ke Digoel diperbolehkan membawa 16 peti buku, berbeda dengan Sjahrir yangtidak boleh membawa buku ke Digoel.

Kamp interniran di Digoel mulai diisi pada 1928, oleh orang-orang komunis yang terlibat pemberontakan 1926-1927. Ada dua kamp. Di Tanah Merah dan di Tanah Tinggi.

Ada banyak rumah dibangun di Digoel untuk para interniran itu. Di kamp itu dibuat parit-parit, tapi air dibiarkan menggenang, sehingga menjadi sarang nyamuk. Banyak interniran yang terserang malaria.

Di antara mereka bisa bersosialisasi, tapi yang melakukan tindak kriminal akan dimasukkan ke penjara. Yang tertangkap karena mencoba melarikan diri juga akan dimasukkan ke penjara.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende. Inggit heran mengapa Bung karno tidak dibuang ke Boven Digoel? Sebagai tokoh pergerakan, Bung Karno berpikir akan hidup enak di Digoel bersama 2.600 interniran.

Tidak seperti yang dialami Bung Karno di Ende, di Digoel para interniran memliki tugas dan memiliki jadwal yang ketat. Mereka memiliki tugas mengambil kayu di hutan, jika menolak dimasukkan ke penjara.

Menurut Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie, 13 September 1927, jam makan pun diatur dengan menu yang telah ditetapkan. Pukul 08.30-09.00 adalah jadwal sarapan bagi mereka. Menunya bisa berupa ketan dengan gula jawa atau juga nasi dengan sayur brongkos, dengan daging dan tempe goreng.

Minum kopi dan teh pun ada jadwalnya. Pada pukul 11.00. Ada kudapan kue semprong atau kue lapis atau onde-onde atau kue cucur yang disediakan untuk menemani minum kopi atau teh itu.

Pukul 16.00 merupakan jadwal minum kopi atau teh lagi. Kadang disediakan juga minuman cokelat. Dodol depok, serabi, pisang goreng, biskuit, atau roti bantal, menjadi kudapan penyerta. Di luar jam-jam itu daan juga jam makan siang, adalah waktu mereka bekerja.

Berita Terkait

Image

Di Ende tak Ada yang Kenal Bung Karno, Benarkah?

Image

Di Ende tak Ada yang Kenal Bung Karno, Benarkah?

Image

Ada Alu Ndene di Ende, Namun tak Ada di Resep Warisan Bung Karno

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com