Siapa yang Layak Jadi Pahlawan Nasional dari Grobogan?
Sejak Reformasi, sepertinya baru kali ini nama-nama yang mendapat gelar pahlawan nasional tidak diumumkan pada 10 November. Presiden Prabowo melakukan lawatan ke luar negeri, sehingga pengumuman penerima gelar pahlawan ditunda.
Selama ini belum terdengar ada nama calon pahlawan nasional yang diajukan dari Grobogan, Jawa Tengah. Sejak pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadikan Grobogan sebagai kabupaten pada 1864, ada satu bupati yang dianggap paling berprestasi.
Dengan berbagai prestasinya itu, apakah ia layak diajukan sebagai pahlawan nasional? Selain dia, adakah yang bisa diajukan sebagai pahlawan nasional dari Grobogan.
Sewaktu Grobogan masih menjadi bagian dari Kerajaan Mataram, ada bupati Grobogan yang memimpin pasukan menyerang Kompeni di Semarang. Apakah dia layak diajukan sebagai pahlawan nasional?
Soenarto adalah bupati yang paling lama menjabat di Grobogan sejak Grobogan dijadikan kabupaten oleh pemerintah kolonial. Ia menjabat sejak 1909 hingga 1933.
Ia berhasil mengembangkan lumbung desa yang telah dirintis oleh pendahulunya. Ia juga berhasil mendirikan dan mengembangkan dana asuransi dan dana kesejahteraan. Ia juga berhasil membangun sekolah di setiap desa.
Saat ia mengundurkan diri pada Juli 1933, desa di Grobogan masing-masing memiliki kas desa sebesar dua juta gulden. Dana ini dikumpulkan dari dana pengantin.
Sebelumnya, ia menerapkan ketentuan setiap yang akan menikah harus menyerahkan dua bibit kelapa ke masjid. Tapi, lama-lama pasangan pengantin memilih menggantinya dengan uang, sebesar dua sen. Dana ini kemudian dijadikan sebagai dana kesejahteraan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat desa.
Untuk sekolah desa, dari 142 desa di Grobogan, ada 136 desa yang memiliki sekolah. Lewat sekilah inilah, Soenarto mengampanyekan masalah kesehatan sejak 1931.
Tapi untuk penggalangan dana kesehatan, sudah terjadi pada 1921. Dana inilah yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan di Grobogan.
Bagaimana dengan bupati Grobogan pada masa Kerajaan Mataram? Namanya Martopuro, semula adalah pekatik (juru tuntun kuda) Raja Mataram Amangkurat IV.