Kendeng

Kredit Pertanian di Grobogan, 1 Pikul Padi Dibayar 1,5 Pikul Padi

Lumbung padi pada masa lalu menyelamatkan penduduk dari paceklik. Ketika terjadi paceklik di Grobogan, pemerintah kolonial beri kredit pertanian berupa bibt padi dan pendirian lumbung. Satu pikul padi bibit diganti 1,5 pikul padi setelah panen. Sumber:priyantono oemar

Presiden Prabowo memutuskan menghapus kredit macet dari kredit usaha rakyat (KUR) untuk usaha pertanian, perikanan, dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ada empat persen KUR yang macet.

Bagaimana kredit pertanian di masa pemerintah kolonial dulu diberlakukan? Pada tahun 1901, pemerintah kolonial memberikan kredit pertanian di Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati berupa bibit padi, bibit, pembangunan lumbung, pembelian kerbau.

Menurut Bataviasch Nieuwsblad, November 1905, untuk satu bau (3/4 hektare) sawah diberi bibit satu pikul padi/gabah. Petani mengembalikan 1,5 pikul setelah panen. Satu pikul setara dengan 64,5 kilogram.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kredit pertanian itu diberikan setelah daerah pantura Jawa Tengah mengalami paceklik pada tahun 1900. Harga padi mencapai 7,5 gulden per pikul saat itu. Warga juga didorong menanam singkong, tapi tak ada kredit bibit singkong.

Pada Maret 1900, warga Selo di sebelah timur Purwodadi (ibu kota Kabupaten Grobogan) harus berjalan kaki 23 kilometer ke Penawangan di sebelah barat Purwodadi. Mereka meminta bantuan kepada orang Eropa yang sawahnya di Penawangan sedang musim panen.

Orang Eropa itu memberi mereka uang, tetapi mereka menolaknya karena tak bis adigunakan untuk membeli beras. Mereka ingin membantu memanen padi dengan harapan diberi upah padi pula.

Kemarau panjang pada 1899 membuat mereka kehabisan bahan pangan. Tapi belas kasih yangd iberikan kepada penduduk Selo ini didengar oleh penduduk desa lain, sehingga ada sekitar 900 penduduk dari 19 desa berbondong-bondong mendatangi sawah orang Eropa di Penawangan itu.

RA Kartini sempat mencatat paceklik di Grobogan ini dalam suratnya yang ditujukan kepada sahabatnya di Belanda, Dr N Adriani. SUrat ia tulis pada 10 Agustus 1901.

Gagal panen akibat kemarau dan banjir di Grobogan berlangsung hingga 1904. Pada 1901, pemerintah kolonial turun tangan dengan menyediakan kredit pertanian berupa pinjaman benih badi, bibit kelapa, kerbau, dan pendirian lumbung desa. Grobogan, Demak, Kudus, Pati menjadi sasaran bantuan di Karesidenan Semarang.

Periode 1901-1904 pemerintah telah menggelontorkan 1,05 juta gulden untuk benih padi, kelapa, kerbau, dan lumbung. Pada 31 Desember 1904, kredit yang dikembalikan baru 181.221 gulden dan 62 pikul padi (setara 150 ribu gulden).

Berita Terkait

Image

Ini Syarat Gelar Pahlawan Nasional, Bupati Grobogan Ini Memenuhi?

Image

Bikin Trilogi Pedesaan, Layakkah Bupati Grobogan Ini Jadi Pahlawan Nasional?

Image

Siapa yang Layak Jadi Pahlawan Nasional dari Grobogan?