Lincak

Toko Buku Gunung Agung Tutup September 2023, pada 1950-an Jadi Penggerak Perbukuan Nasional

Pengunjung membludak menjelang penutupan toko buku Gunung Agung di Kwitang, Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2023). Manajemen Gunung Agung akan menutup semua toko bukunya pada September 2023. Pada 1950-an, Gunung Agung menjadi penggerak perbukuan nasional (foto: putra m akbar/republika).
Pengunjung membludak menjelang penutupan toko buku Gunung Agung di Kwitang, Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2023). Manajemen Gunung Agung akan menutup semua toko bukunya pada September 2023. Pada 1950-an, Gunung Agung menjadi penggerak perbukuan nasional (foto: putra m akbar/republika).

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Semua toko buku yang dimiliki Gunung Agung pada September 2023 ini akan ditutup. Saat ini toko buku Gunung Agung tinggal lima, semuanya di wilayah Jabodebatek. Toko buku ini sudah ada sejak 1950-an dan menjadi penggerak perbukuan nasional.

Oohya! Baca juga ya:

LRT Jabodebek Mogok karena Listrik Mati, Kereta Semarang-Solo Mogok karena Loko tidak Berfungsi

Pojok Lincak. Senang Lihat Orang Baca Buku di Angkutan Publik

Hari Buku Nasional, Inilah Jumlah Judul Buku yang Terbit di Indonesia

Hari Buku Nasional. Buku, Bahasa, dan Kohesi Sosial

Pada 1953 Gunung Agung mengadakan pameran buku di toko bukunya. Pada pembukaan pameran ini sekaligus peresmian nama baru toko buku Gunung Agung pada Selasa, 8 September 1953, direktur Gunung Agung, Tjio Wie Tay (Haji Masagung) dan Usman Effendie, menjamu banyak tamu dari dunia buku pada hari Selasa, Pada saat yang sama, pengunjung pameran dapat mengenal toko buku dan perpustakaan peminjaman.

Peminat pameran 1953 ini melimpah, sehingga pada September 1954 pameran buku diadakan di tempat yang lebih luas yaitu di Gedung Pertemuan Umum. “Sebagaimana telah berulang kali ditegaskan oleh pihak penyelenggara, tujuan pameran ini adalah untuk menunjukkan kepada pengunjung sejauh mana kemajuan telah dicapai dan apa saja masih ada tunggakan yang perlu ditebus di masa depan,” tulis Java Bode.

Pada tahun-tahun berikutnya, pameran buku yang dinamai “Pekan Buku Indonesia” itu akan melibatkan penerbit buku lain dan pihak-pihak terkait. “Pameran ini akan memberikan pengunjung kesempatan yang luas untuk mengenal keragaman sastra Indonesia dan karya asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,” lanjut Java Bode.

Pustakawan Harijati Siagian membantu Gunung Agung dalam penyusunan bibliografi. Sebelum tahun 1945 ada 7.000 judul buku dalam bahasa Indonesia dan daerah dan sejak 1945 sampai 1954 ada 10 ribu buku. Per tahun ada 100 buku yang diterbitkan. Pada 1954 ada sekitar 2.000 penjual buku, 500 penerbit 500, dan 700 percetakan.

Karena pencatatan secara sistematis belum ada, maka Gunung Agung berniat melakukan pencatatan untuk diterbitkan. Pada Mei 1953 Gunung Agung telah memasang iklan di berbagai koran mengenai rencana penerbitan buku mengenai buku Indonesia ini. Buku ini akan diterbitkan pada 1955.

Iklannya berbunyi:

Sebentar lagi kami akan menerbitkan buku berjudul: “BUKU INDONESIA”. Buku ini berisi ikhtisar seluruh buku, baik di Indonesia maupun di luar negeri yang selama ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia atau salah satu bahasa daerah.

Ribuan buku telah kami daftar, namun menurut perhitungan kami, ini masih jauh dari selesai, dan masih banyak lagi buku yang harus didaftar untuk dapat menyelesaikan rencana di atas. Dengan ini kami memohon kepada para Penerbit, masing-masin untuk memberitahukan kepada kami mengenai penerbitannya, agar dapat dimasukkan ke dalam daftar kami, sehingga “BUKU INDONESIA" akan menjadi suatu katalog yang lebih lengkap daripada katalog-katalog lain yang pernah terbit di Indonesia.

Kami sangat berharap, atas kerja sama dan kebaikan Anda, dapat mengirimkan pernyataan katalog, dengan harga dan diskon yang sesuai, dan jika memungkinkan juga dilengkapi dengan buku-bukunya. Jika Anda belum memiliki katalog, kami meminta Anda untuk memberikan daftar tertulis buku-buku tersebut, beserta segala rinciannya, seperti harga, dan lain-lain, baik yang telah diterbitkan atau akan diterbitkan.

Toko Buku Gunung Agung dikelola oleh NV Gunung Agung. Selain mengelola toko buku di Jl Kwitang 13, Jakarta, Gunung Agung juga mengelola penerbitan buku, percetakan, penjilidan perpustakaan. Perpustakaan memberikan pelayanan gratis untuk dibaca di tempat, dan dikenai biaya untuk peminjaman. Perpustakaan Gunung Agung juga akan menyediakan bagian untuk anak-anak di bawah bimbingan Harijati Siagian.

Pada awalnya bernama Thay San Kongsie, lalu diubah menjadi NV Gunung Agung. Gunung Agung artinya sama dengan Thay San. Dalam tujuh bulan, Gunung Agung telah menerbitkan 15 buku dan masih banyak lagi naskah yang siap. “Prinsip baru bagi Indonesia adalah penerbit akan mengikuti metode misalnya De Bezige Bij di Belanda, setiap penulis yang bukunya dia terbitkan, menjadi pemegang saham di perusahaan tersebut,” tulis De Nieuwsgier.

Gunung Agung juga menerbitkan majalah, yaitu Majalah Buku Kita, selain fokus menerbitkan buku-buku teks dan juga buku-buku untuk mereka yang masih buta huruf. “Masuk akal secara bisnis untuk menetapkan harga serendah mungkin,” kata Direktur Gunung Agung yang juga guru bahasa, Usman Effendi.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:

De Niewusgier edisi 11 Mei 1953, 10 September 1953, 2 Februari 1954

Java Bode edisi 9 September 1954

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com