Lincak

Diantar 30 Orang ke Makam, Semoga Sikap Hormat untuk Lagu 'Indonesia Raya' Juga untuk WR Supratman

KI Hadjar Dewantara saat menjadi dirigen lagu
KI Hadjar Dewantara saat menjadi dirigen lagu "Indonesia Raya" dalam suatu acara resmi di Yogyakarta pada 1948. Para hadirin berdiri sikap sempurna sebagai sikap hormat (foto: repro majalah media muda).

Setiap kali lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan, orang-orang akan mengambil sikap hormat, dengan cara berdiri. Soeara Oemoem menulis:

Malah dikalangan Parindra, bila menjanjikan lagoe ini, dan datang pada kalimat refrein “Indonesia-etc”, tangan kanan mesti diatjoengkan keatas sebagai hormat jang tertinggi.

Oohya! Baca juga ya:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Penyakit Dada yang tak Kunjung Sembuh Menyebabkan WR Supratman Meninggal pada 17 Agustus 1938

Lagu 'Indonesia Raya' Penuh Kata-Kata Menggugah, WR Supratman Dapat dari Mana?

Bukan Sin Po yang Memuat Pertama Kali Lagu 'Indonesia Raya', Melainkan Koran di Bandung

Meliput Kongres Pemuda, WR Supratman Dapat Inspirasi untuk Lagu 'Indonesia Raya'

Lagu “Indonesia Raya” memang memiliki pengaruh yang sangat besar bagi bangsa Indonesia sejak pertama kali dibawakan setelah rapat terakhir Kongres Pemuda Indonesia Kedua, 28 Oktober 1928. Sugondo Joyopuspito, ketua panitia Kongres Pemuda Indonesia Kedua, mengetahui awal mula orang-orang berdiri saat lagu "Indonesia Raya" dibawakan.

“Beberapa minggu kemudian saya sebagai wakil PPPI dan sdr Suwiryo (bekas ketua umum PNI) sebagai wakil PNI, bersama-sama mengunjungi suatu rapat di gedung Katholieke Bond di sebelah utara lapangan banteng (saya tidak ingat lagi rapat apa). Dalam rapat itu sdr Supratman memainkan lagi lagu gubahannya dengan biolanya. Sdr Suwiryo menarik baju saya dan berkata, “Ndo (Sugondo), het lied van jouw congres sta op (Ndo, itulah lagu kongresmu, berdirilah). Saya berdiri diikuti oleh sdr Suwiryo. Hadirin di kanan-kiri dan belakang kami ikut berdiri. Orang-orang di muka kami mendengar suara orang-orang di belakangnya berdiri, menoleh, lantas ikut berdiri juga,” tulis Sugondo.

Beberapa minggu kemudian, ada rapat lagi di Gedung Kesenian di Pasar Baru,Sugondo dan Suwiryo juga hadir. Lagi-lagi Supratman membawakan “Indonesia Raya” dengan biolanya. Sugondo dan Suwiryo un berdiri, diikuti oleh yang lainnya.

Hingga kini, orang-orang berdiri hormat ketika lagu “Indonesia Raya” dibawakan. Tak hanya di upacara, di berbagai acara pun lagu “Indonesia Raya” dibawakan sebelum acara dimulai. Ketika orang-orang berdiri saat lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan, semoga itu adalah juga penghormatan untuk penciptanya, WR Supratman.

Pada saat penguburan jenazah WR Supratman pada 17 Agustus 1938 sore, Soeara Oemoem menyebut diantarkan oleh sedikit orang:

Sekarang pengarang lagoe itoe telah meninggalkan kita. Dengan diam-diam dengan dihantar sedjoemlah tiga poeloeh orang, djenazahnja dimakamkan, dan pada waktoe makam ditoetoep, baroelah orang teringat lagi djasa-djasa toean Soepratman itoe. Sebagaimana poela pengarang-pengarang lagoe kebangsaan bangsa lain, demikianpoen nama toean W.R. Soepratman dalam sehari-hari tidak dikenal orang, malah dalam pergaoelan beliau hampir diloepakan... Ini memangnja soeatoe tragiek, jang oemoem didapatkan antara kaoem pengarang lagoe, componisten, jang achirnnja, baroe sesoedah ia meninggalka doeniawi, dihargai orang.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:

Media Muda, November 1973

Soeara Oemoem, 18 Agustus 1938