Pekik Merdeka dengan Tangan Mengepal atau Tangan Terbuka, Pilih Kubu Mana? Ini Kata Sukarno
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dinyatakan, tak serta-merta, perjuangan selesai. Menyebarkan informasi bahwa Indonesia sudah selesai juga memerlukan perjuangan. Pamflet dicetak, naskah Proklamasi Kemerdekaan diperbanyak, lalu disebar ke berbagai pelosok dengan memberangkatkan banyak pemuda. Sebanyak 10 juta bendera kecil dari kertas juga dibuat. Juga disebar ke berbagai pelosok.
Oohya! Baca juga ya:
Hasto Merekedeweng Soal Gaya Salam Pekik Merdeka Anies Baswedan, Begini Sunah Proklamator
Kemarahan-Kemarahan Sukarno Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
“Ini memberikan perasaan kepada rakyat di pulau-pulau yang jah dari pergolakan bahwa mereka pun turut dalam perjuangan bangsanya,” kata Sukarno. Tak hanya itu, Sukarno juga membuat panduan salam merdeka sebagai salam persatuan bangsa yang menyertai semua upaya penyebarluasan berita kemerdekaan itu. “Sebagaimana Nabi Besar Muhammad Shalallahualaihiwasalam telah menemukan ucapan salam untuk mempersatukan umatnya, maka turun pulalah suatu ilham dari Allah Subhanahu wataala untuk memekikkan suatu salam kebangsaan bagi bangsa Indonesia,”kata Sukarno.
Mulai 1 September1945 dilakukan pengambilalihan gedug dan jawatan di Jakarta, mulai dari stasiun kereta api, gedung telepon dan pos, kantor perusahaan minyak. Pekik merdeka juga diserukan agar dijadikan salam ketika berjumpa sesama anak bangsa, sebagai ungkapan persatuan. Seruan itu berlaku mulai 1 September 1945, berdasarkan Makumat yang ditandatangani Presiden Sukarno pada 31 Agustus 1945.
“Pada tanggal 1 September aku menetapkan supaya setiap warga negara Republik memberi salam kepada yang lain dengan mengangkat tangan, kelima jari terbuka lebar –yang maksudnya lima sila—dan meneriakkan, “MERDEKA”,” kata Sukarno.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams (1986)
Mahasiswa ’45 Prapatan-10: Pengabdiannya karya Soejono Martosewojo (1984