Izin Acara Pembentukan ICMI tak Juga Dikeluarkan, Habibie Telepon Kapolda Minta Ditembak Saja
Presiden Soeharto sudah memastikan bakal membuka Simposium Nasional Cendekiawan Muslim Indonesia. Demikian pula Wapres Sudharmono, sudah memastikan akan menutup acara. Maka, dua hari sebelum acara, BJ Habibie pergi ke Malang untuk melihat persiapannya. Di simposium ini juga akan diresmikan pembentukan ICMI, dengan Habibie sebagai ketua umum.
Oohya! Baca juga ya:
Pesawat Tempur Mirage 2000 Ditolak Presiden Soeharto, Benny Moerdani Berselisih dengan Habibie
Doa Mengalir untuk Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Dipo Alam Bercerita Soal Pendirian ICMI
Seperti diceritakan Dipo Alam dalam buku biografinya, Dipo Alam dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin, Habibie tak langsung ke kampus Universitas Brawijaya, melainkan terlebih dulu ke Turen. Ia perlu meninjau pabrik Pindad. Habibie menanyakan persiapan simposium. Rektor Universitas Brawijaya melaporkan izin dari polisi belum keluar. Habibie kesal, sehingga perintahkan ajudannya menelepon ajudan Kapolda Jatim, mendapat jawaban izin memang belum dikeluarkan. Sampai sore hari tetap tak ada informasi soal pengeluaran izin.
Habibie pun menelepon langsung Kapolda Jatim, meluapkan kemarahannya karena jelas-jelas acara akan dihadiri Presiden dan Wapres, tetapi izin dipersulit. Kapolda mengaku belum mendapat instruksi dari Jakarta, sehingga izin belum dikeluarkan.
"Kalau you tidak mau izinkan acara besok, sebaiknya you ke sini dan tembak saya. Cari saya di Turen dan tembak saya!" kata Habibie, keras.
Izin kemudian dikeluarkan, tapi ada pihak tertentu yang berupaya mengadang peserta. "Kami ditakut-takuti serta diancam oleh sejumlah orang, baik sebelum acara maupun saat acara berlangsung," tulis Dipo.
Untungnya, Pangdam Brawijaya R Hartono memilih mendukung acara ini. Acara kemudian berjalan lancar. "Yang membuat kami berani, selain soal keyakinan, tentu saja katena merasa ada backing dari Kodam Brawijaya tadi," lanjut Dipo.
Namun, Dipo mencatat ada kejadian janggal ketika rombongan iring-iringan mobil Presiden bertolak ke Bandara Abdurrahman Saleh untuk kembali ke Jakarta. "Saat itu salah satu mobil rangkaian Presiden ditabrak seorang anak muda. Untungnya saat itu Presiden sudah boarding dan tidak mengetahui kejadian tersebut," tulis Dipo.
Priyantono Oemar