Pitan

Autobiografi Harmoko, Menurut Petunjuk Bapak Presiden

Harmoko (tengah), setiap memberikan penjelasan mengenai hasil sidang kabinet, selalu menggunakan kalimat 'Menurut petunjuk Bapak Presiden' atau 'Sesuai petunjuk Bapak Presiden'.
Harmoko (tengah), setiap memberikan penjelasan mengenai hasil sidang kabinet, selalu menggunakan kalimat 'Menurut petunjuk Bapak Presiden' atau 'Sesuai petunjuk Bapak Presiden'.

Pemirsa televisi di tahun 1980-1990-an, tentu akrab dengan wajah Menteri Penerangan Harmoko dengan kalimat “Menurut Petunjuk Bapak Presiden”. Harmoko selalu tampil di layar televisi dengan kalimat itu ketika menjelaskan hasil sidang kabinet.

Adalah tugas Menteri Penerangan Harmoko untuk menjelaskan ke publik hal-hal yang diputuskan di sidang kabinet. Hal itu diakui Harmoko di buku autobiografinya yang diluncurkan pada Sabtu (25/2/2023). Judul bukunya Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi. Buku dicetak terbatas, dan tidak diperjualbelikan.

Selain bicara masa kecil Harmoko, buku ini juga bercerita tentang sikap Harmoko mengenai pembatalan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP). Oohya! baca soal itu di sini ya: Autobiografi Harmoko, Dilema Pencabutan SiUPP.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bercerita juga tentang tentara yang menjadi pemimpin redaksi, soal kalimat menurut petunjuk bapak presiden, soal laporan asal bapak senang (ABS). Dan sebagainya, hingga cerita-cerita masa reformasi 1998.

Di autobiografi itu, Harmoko menjelaskan asal-usul kalimat “Menurut petunjuk Bapak Presiden”. “Lazimnya, setiap laporan para menteriakan ditanggapi oleh Pak Harto dalam bentuk pemberian petunjuk. Itu sebabnya, kepada pers saya selalu mengatakan: ‘Sesuai petunjuk Bapak Presiden...’, karena mekanismenya memang demikian,” kata Harmoko di halaman 257.

Harmoko menggambarkan jalannya sidang kabinet. Para menteri memberi laporan, Presiden Soeharto memberi komentar lalu memberi petunjuk. Meski berlatar militer, kata Harmoko, Soeharto memahami segala persoalan. Petunjuk presiden bahkan tidak hanya lewat ucapan, tetapi juga lewat contoh.

Suatu hari, Soeharto membawa cabai yang ditanam di pot ke sidang kabinet. “Beliau mencoba menjelaskan dan meminta agar cara yang ia tunjukkan bisa ditiru oleh masyarakat yang ingin bercocok tanam namun tidak memiliki lahan luas,” kata Harmoko.

Saat itu, camilan untuk sidang kabinet adalah tahu-tempe goreng. Para menteri dipersilakan menyantap tahu dengan cabai yang ditanam di pot itu. “Dengan memberi contoh praktis seperti itu saja Pak Harto sebenarnya sudah memberi petunjuk,” kata Harmoko.

Harmoko selaku menteri yang mendapat tugas untuk menjelaskan hasil sidang kabinet kepada masyarakat, selama sidang selalu mencatat poin-poin penting yang dibahas di sidang. Ia mencatatnya sendiri, tidak meminta bantuan staf, karena kebiasaan dia mencatat sewaktu menjadi wartawan dulu. Dengan mencatat sendiri, ia tahu masalah-masalah penting yang harus disampaikan kepada masyarakat. “Setidaknya, saya tahu mana yang berbau news dan patut diketahui rakyat, mana yang harus saya rinci, dan seterusnya. Itu semua saya tulis, lalu saya jelaskan kepada khalayak,” kata Harmoko di halaman 258.

Dengan cara memilih dan memilah informasi hasil sidang, ia berupaya tidak keluar dari kontkes. Karena ia tidak sedang berbicara mengenai pandangan pribadinya, maka ketika menyampaikan informasi hasil sidang kabinet itu, ia menggunakan kalimat “Menurut petunjuk Bapak Presiden” atau “Sesuai petunjuk Bapak Presiden”.

“Saya tahu, kalimat tersebut belakangan sering ditafsirkan lain oleh masyarakat. Seolah-olah, apa yang saya lakukan hanya berdasarkan petunjuk. Kesan seperti itu, tentu, boleh-boleh saja. Masalahnya, saya harus selalu mengatakan demikian, karena Mandataris MPR-lah yang secara konstitusional bertanggung jawab terhadap kebijakan yang digariskan. Ingat para menteri hanya pembantu yang memperoleh penugasan dari Presiden. Dengan sendirinya, menjadi kewajiban Presiden untuk memberikan petunjuk kepada para pembantunya,” kata Harmoko.

Harmoko tahu, saking seringnya Harmoko memberikan penjelasan hasil sidang kabinet dan menggunakan kalimat “Menurut petunjuk Bapak Presiden” ada masyarakat yang tidak senang, lalu memelesetkan hamanya mejadi Hari-hari Omong Kosong. Oohya! Untuk hal ini bisa baca ini ya: Peluncuran Autobiografi Harmoko, Hari-hari Omong Kosong.

Ma Roejan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com