Atraksi Barongsai di Masa Pemerintahan Hindia Belanda
![Atraksi barongsai di mal. Di zaman Hindia Belanda, atraksi barongsai tampil di acara-acara resmi, selain acara khusus di komunitas Cina (foto: priyantono oemar).](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/3lyql2x035.jpg)
Pada 1922, atraksi barongsai ikut meramaikan pembukaan Kampung Jati Ulu di Sumatra Timur (sekarang Sumatra Utara). Mereka yang berpidato menggunakan bahasa Melayu, Cina, dan Jawa.
Hiburan tak hanya atraksi barongsai. Ada pula ronggeng Melayu, ronggeng Jawa, pentas wayang kulit. Pun ada permainan rakyat seperti panjat tiang, mengambil koin dengan mulut, berjalan dengan mata tertutup.
Oohya! Baca juga ini ya: Atraksi Barongsai Menjadikan Mal di Jakarta Ramai Pengunjung.
Di Bandung pada 1936, saat diadakan perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina, ditampilkan pula atraksi barongsai mewakili komunitas Cina. Komunitas Arab menyajikan musik Arab, didatangkan dari Batavia. Komunitas Jepang menampilkan grup samurai. Sedangkan komunitas pribumi menampilkan drama Prabu Anglingdarma, musik degung, renteng, angklung, dan kendang pencak.
Pemerintah Hindia Belanda menempatkan orang Cina, Jepang, Arab, sebagai bangsa Timur Asing, tetapi di perayaan ulang tahun Ratu dilibatkan untuk menampilkan seni budaya mereka.
Ma Roejan
.
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/2dcba3833a408c306a7f37165f038a2a.jpeg)