Koran Hindia Baroe Ini Jadi Bukti Nama Bahasa Indonesia Disebut untuk Pertama Kalinya
Tabrani menyebut nama bahasa Indonesia pertama kalinya tanpa menyertakan penjelasan mengenai bahasa itu.
Tjipto Mangoenkoesoemo menginginkan bahasa Belanda sebagai bahasa persatuan pada 1915. Soewardi Soerjaningrat menginginkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan pada 1916. Pada 1926, Muh Yamin menginginkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Pada 1914, DJA Welterveld mengusulkan bahasa Jawa sebagai bahasa persatuan.
Tapi, M Tabrani berpikiran lain. Tabrani pertama kali menyebut bahasa Indonesia untuk publik pada 16 Januari 1926. Dalam tulisannya berjudul “Kasihan” di Hindia Baroe itu, ia menyebut bahasa Indonesia dua kali, tanpa menjelaskan yang ia maksud sebagai bahasa Indonesia. Pertama di awal tulisan ketika menerjemahkan SOS:
Dalam s.k. Bataviasch Nieuwsblad tanggal 14 ini boelan seorang Belanda totok telah memadjoekan seroean kepada semoea kaoem Indo disini. Seroean itoe berkepala “S(afe) O(ur) S(ouls)” atau dalam bahasa Indonesia “Tolonglah Djiwa Kita”.
Penting-ringkas penoelis S.O.S. itoe berseroe kepada kaoem Indo soedilah apa kiranja kaoem Indo disini segera meadakan barisan Indo tjap Eropah jang tegoeh. Karena menoeroet pemandangan dia mesti lenjaplah kaoem Indo, djika mereka ta’ lekas-lekas memperaktijkkan nasehat dia itoe.
Penyebutan yang kedua dia lakukan pada bagian tengah tulisan ketika harus menerjemahkan puisi berbahasa Belanda ke bahasa Indonesia:
Perhatikan sja’ir dibawah ini:
Worst’ling kenschetst onzen tijd
Hebt er oog voor allerwege.
Siechts wie deelneemt aan den strijd
Plukt de vruchten van den zege.
Atau dalam bahasa Indonesia:
Taroeng-bertaroeng ‘alamat zaman
Awaslah kita memperhatikan.
Jika ta’ sama madjoe kemedan
Ta’ sama poela mendapat kemenangan.
Priyantono Oemar