Lincak

Anekdot Dayak Meratus, Dianggap Belum Normal Gara-gara Cari Sungai untuk Urusan MCK

Batu besar tempat terlindung untuk buang hajat di hutan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan (foto: priyantono oemar).
Batu besar tempat terlindung untuk buang hajat di hutan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan (foto: priyantono oemar).

Banyak warga Dayak Meratus masih buang hajat di sungai. Terbiasa mengikuti cara mereka, begitu tiba di kampung yang warganya sudah tidak lagi buang hajat di sungai, dianggap belum normal karena masih mencari sungai.

Di balik batu besar foto di atas itu merupakan salah satu tempat favorit dalam beraktivitas menjalani masa new normal selama tiga bulan di pedalaman Kalimantan tahun 2012. Harus terbiasa dengan kenormalan baru terkait kegiatan MCK. Saat berlindung di balik batu itu, sambil ngeden karena pantat basah yang menjadi penghalang kelancaran aksi buang hajat, masih tetap harus membalas sapaan warga yang lewat.

Bagi warga Dayak Meratus yang tinggal di bukit di tengah hutan, buang hajat akan lancar jika pantat terbasahi air kali, sehingga tak ada yang memiliki kakus di pekarangan. Maka, ketika didatangkan 10 warga dari Garut untuk membuat 10 WC percontohan, WC itu tidak terpakai, karena ketika warga menggunakannya, merak tak bisa lancar buang hajat.

Menjalani kegiatan dengan new normal tiga bulan di pedalaman itu sesuatu banget. Jika kebelet malam? Jika sudah tak tahan, pergi ke dapur atau ruang tersembunyi, lalu cari celah bambu lantai yang lebar lalu buang hajat di situ, berharap babi di kolong rumah akan memakan kotoran yang kita buang. Jika di rumah adat tak ada ruang yang tersembunyi? Ya harus menahan buang hajat hingga esok hari.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ketika tiba di kampung terakhir, begitu bertanya sungai di mana, warga bingung. Sore-sore mencari sungai buat apa? Ketika dijawab urusan MCK, mereka tertawa dan bilang, “Orang belum normal.”

Kampung ini tidak di bukit, dan mereka tidak lagi tinggal di rumah besar yang diisi oleh beberapa keluarga. Mereka telah membangun rumah satu keluarga satu rumah. Di rumah mereka juga sudah ada WC.

Priyantono Oemar