Egek

Masyarakat Dayak Saja Punya Padi Mencapai 26-40 Jenis, Mengapa Harus Impor Beras?

Beberapa lulung di lumbung padi masyarakat Dayak Meratus siap diisi gabah (foto: priyantono oemar).
Beberapa lulung di lumbung padi masyarakat Dayak Meratus siap diisi gabah (foto: priyantono oemar).

Lumbung membuat masyarakat Dayak mandiri dalam kebutuhan pangan.

Masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan menanam 26 jenis padi. Masyarakat Dayak Iban di Kalimantan Barat menanam 40 jenis padi. Masyarakat Dayak saja memiliki ketahanan pangan yang bagus, tentu pemerintah juga bisa menjalankan ketahaan pangan nasional yang bagus pula.

Mengapa pemerintah harus mengimpor beras? Rencana impor beras muncul lagi minggu-minggu ini, kendati Menteri Pertaniaan sudah menyatakan setok beras lebih dari cukup.

Masyarakat Dayak Iban memperlakukan padi dengan cara terhormat. Dari hasil panen padi mereka, mereka akan memilih gabah yang berkualitas bagus. Gabah itu lalu mereka simpan di tempat yang tinggi di rumah betang mereka, yaitu di bagian atas dekat atap rumah. Gabah ini akan dijadikan benih untuk masa tanam berikutnya. Rumah betang adalah rumah besar yang di oleh banyak keluarga.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di Kalimantan Selatan, masyarakat Dayak Meratus juga memperlakukan padi dengan cara terhormat. Ladang padi ditanami tanaman hias yang memiliki bunga berwarna kuning dan merah, sehingga membuat indah pemandangan di sawah. Tujuannya agar padi merasa senang, sehingga bisa berbuah dengan baik. Bunga-bunga itu juga ditempatkan di lumbung padi sebagai hiasan.

Lumbung biasanya berisi beberapa lulung untuk menyimpan padi hasil panen yang berbeda. Lulung adalah wadah dari kulit kering kayu damar, berdiameter 1,5-2,5 meter dengan tinggi 115 sentimeter. Satu lulung bisa menampung 600 gantang, sekitar 3.000 kilogram gabah. Dengan anggota keluarga sebanyak enam orang, dalam sebulan mereka hanya mengonsumsi 50 kg beras. Itulah sebabnya, hasil panen dalam setahun bisa bertahan hingga belasan tahun. Oohya! Coba baca juga ya: Mengapa Masyarakat Dayak Meratus Menyimpan Gabah Hingga Belasan Tahun? Ini Jawabannya

Untuk sehari-hari, mereka hanya memasak beras yang tersimpan paling lama. Beras baru mereka rasakan saat pesta syukuran panen. Mereka pantang menjual padi hasil. Tinggal di hutan di lereng gunung membuat lokasi mereka jauh dari kota kecamatan.

Itulah sebabnya, pantang menjual padi. Mereka harus bisa mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan agar terhindar dari paceklik jika sewaktu-waktu mengalami gagal panen. Mereka akan berbagi padi baru kepada tetangga di saat pesta syukuran panen.

Padi yang mereka tanam merupakan padi lokal, ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia. Padi ditanam di ladang, harus menunggu enam bulan untuk bisa memanennya, tetapi tak perlu “mengimpor” padi dari pasar-pasar di kota.

Priyantono Oemar

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image