Egek

Mengolah Tepung Sagu Menjadi 'Piza Papua'

Sagu bakar (foto: priyantono oemar)
Sagu bakar (foto: priyantono oemar)

Sagu bakar dicampur daging rusa dan telur dadar disebut Tobias Keje sebagai piza Papua.

Menyaksikan pedagang martabak mengolah tepung terigu menjadi martabak, terpikir oleh Tobias Keije untuk mengolah tepung sagu. Di suku dia, suku Marind, olahan tepung sagu bakar sudah menjadi makanan sehari-hari dia sejak kecil, tapi belum ada campuran rasa.

Maka, ia melakukan berbagai uji coba memberikan tambahan rasa pada tepung sagu yang ia bakar. Tinggal di kota Merauke, ia perlu membeli tepung sagu, karena tak memiliki kebun sagu. Di kampung-kampung, perempuan Papua mengolah sagu untuk keperluan sendiri dan dijual. Papua memiliki 85 persen hutan sagu dari 5,5 juta hektare hutan sagu nasional.

Tobias membeli tepung sagu seharga Rp 150 ribu per 25 kilogram. Ia campur dengan kelapa parut, dengan takaran empat kilogram tepung sagu ia tambahkan dua buah kelapa yang sudah diparut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Ia memakai loyang untuk membakarnya. Ia bisa menambahkan dengan pilihan gula aren, cokelat, telur dadar, dan daging rusa. Menu ini banyak disukai anak-anak muda di Merauke. Ia menyarankan agar menyantap sagu bakar dalam keadaan masih hangat ditemani dengan kopi atau teh.

Satu porsi sagu bakar ia jual dengan harga Rp 15-20 ribu. Untuk menu sagu bakar dengan daging rusa dan sagu bakar lapis telur dadar ia jual Rp 20 ribu per porsi. Ia sebut menu ini sebagai piza Papua.

Berjualan di Taman Libra, seberang Masjid Al Aqsa, Merauke, dari pukul 18.30 hingga 22.00, ia bisa pulang dengan mengantongi Rp 1 juta. Oohya?

Priyantono Oemar