Pitan

Starbucks Masih Diboikot Gara-gara Israel, Pelanggan Bisa Mengadukan Barista ke Seatle

Isarel-Palestina akan melakukan gencatan senjata, tetapi boikot terhadap Starbucks tetap jalan. Starbucks memiliki standar produk dan layanan. Pelanggan bisa mengadu ke Seatle jika tidak puas.

Israel dan Palestina melakukan gencatan senjata mulai Jumat (24/11/2023), tetapi aksi boikot terhadap Starbucks yang dituding mendukung Israel masih berlangsung di berbagai negara. Jika ada pelanggan Starbucks yang kecewa, mereka bisa mengirim pengaduan ke Seatle, Amerika Serikat.

Seatle merupakan kota tempat kantor pusat kedai kopi transnasional itu berada. Dari kota ini, kedai kopi itu menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia yang menjadi salah satu negara pemasok kopi untuk Starbucks.

“Konsep awal Starbucks adalah menjual biji kopi Arabika yang dianggap terbaik di seluruh dunia, dan Starbucks kemudian berkembang menjadi tempat yang juga menyajikan minuman kopi dengan mengadopsi tradisi espresso bar dari Italia,” tulis Rahayu Kusasi. Rahayu pernah menjadi barista Starbucks, yaitu pada 2005-2006.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Jadi Negara Pengekspor Kopi, Nenek Kita Dulu Hanya Bisa Menikmati Kopi Daun, Sedih Ya...

Starbucks membeli kopi Indonesia, antara lain dari Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Starbucks pun membina petani kopi Indonesia, sehingga menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Setidaknya ada 50 ribu ton biji kopi dari Indonesia yang dibeli Starbucks per tahunnya.

Starbucks memiliki standar yang ketat. Masing-masing bahan memiliki standar kualitas.
“Dengan ini Starbucks berusaha agar kualitas produk tetap sama di seluruh dunia,” tulis Rahayu Kusasi.

Tidak hanya kualitas bahan, kualitas layanan pun diterapkan oleh Starbucks. Jika pelanggan tidak puas dengan pelayanan, bisa mengadukannya ke Seatle.

Rahayu bercerita, pernah ada rekannya yang saat menyiapkan pesanan pelanggan, ia mengusap hidungnya. Pelanggan melihatnya sedang mengupil, lalu melaporkannya ke Seatle.

Manajer toko memberi tahu barista itu mengenai pelanggan yang melaporkannya. “Maka, ketika ia datang ke kantor pusat PT Sari Coffee Indonesia ia sudah siap mengembalikan barang-barang yang diberikan padanya, seperti polo shirt, coffee passport, dan sebagainya,” tulis Rahayu.

Coffee passport adalah buku kecil yang dimiliki oleh setiap barista yang mencatat jenis kopi yang sudah ia cicipi, berikit catatan dia mengenai karakter kopi itu. “Baunya, rasanya, dan pengalaman unik dari orang yang memiliki passport itu,” kata Rahayu.

Oohya! Baca juga ya: Ini Cara Perempuan Melayu Hadapi Lelaki Muda Melayu yang Habiskan Waktu di Kedai Kopi

Paspor kopi ini menjadi panduan bagi barista mengenal kopi. Di bagian belakang buku, kata Rahayu, ad adaftar istilah yang digunakan untuk coffee tasting: aroma (aroma), acidity (keasaman), body (ketebalan rasa), dan flavour (rasa).

Ada kejadian lain yang diceritakan Rahayu berkaitan dengan kekecewaan pelanggan. Suatu sore, datang seorang pelanggan.

“Dari awal si pelanggan sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia pelanggan yang sulit,” tulis Rahayu.

Mirza, sang coffee master sekaligus coffee ambassador Starbucks menawarkan kepada pelanggan itu untuk mencoba Espresso Bownies. “Aku sudah pernah coba, nggak enak,” jawab pelanggan.

Pelanggan itu membawa minuman dan kue wafel yang bernama Stroop Wafel ke lantai atas. Tak lama kemudian ia turun lagi, menanyakan Stroop Wafelnya.

Lho kan tadi udah Mbak bawa ke atas,” jawab barista yang ditanya.

Setelah pelanggan kembali ke atas, barista itu bergumam sambil tertawa kecil. “Mane gue tau, aneh banget sih lo.”

Memang sejak awal keadatangan, pelanggan ini terlihat aneh. Ada kesalahan sedikit saja langsung berkata kasar kepada barista.

Rupanya, saat ia kembali ke lantai atas, ia masih mendengar gumaman barista “mane gue tau”. Di kemudian hari, para barista heboh, ternyata pelanggan itu melaporkan kejadian itu ke Seatle.

Oohya! Baca juga ya: Perampok Beri Tahu akan Merampok, Orang Kaya di Grobogan Ini Ngopi Bareng Tiap Malam di Rumah

“Suatu hal yang tidak terbayangkan adalah bahwa si pelanggan tersebut benar-benar menuliskan kalimat ‘mane gue tau, aneh banget sih lo’ tersebut di dalam surat aduannya itu,” tulis Rahayu.

Setelah adanya pengaduan ini, atasan Mirza pun pernah meledek Mirza menggunakan kalimat mane gue tau. Barista rekan Rahayu menjadi takut kena pecat seperti yang dialami rekan barista sebelumnya.

Beruntung, barista mane gue tau hanya mendapat surat peringatan.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Globucksisasi, Meracik Globalisasi melalui Secangkir Kopi karya Rahayu Kusasi (2010)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]