Lincak

7 Hari ke Puncak Carstensz, Apa Reaksi Para Pendaki Saat Ketemu Salju Abadi?

Gambar Puncak Carstensz Papua. Puncak inilah yang dilihat Jan Carstensz pada 16 Februari 1623 tertutup salju. Apa reaksi para pendaki ketika untuk pertama kalinya ketemu hamparan salju abadi pada 8 November 1909? Sumber: algemeen dagblad (1992)

Pada 1 September 1909, para pendaki tim ekspedisi Belanda bersama orang-orang Dayak tiba di muara sungai di sebelah utara Pegunungan Jayawijaya di Papua. Letnan Habbema bersama lebih 30 prajurit mengawal mereka untuk perlindungan, berikut pula membawa dokter tentara dan dokter Jawa.

Mereka berjaga-jaga dari kemungkinan penolakan penduduk Papua yang akan mengarahkan panah ke mereka. Namun mereka keliru, sebab penduduk Papua di kampung terdekat dengan Pegunungan Jayawijaya menyambutnya dengan hangat.

Menurut Algemeen Handelsblad edisi 21 Mei 1910, para pendaki itu memerlukan tujuh hari perjalanan dari kampung terdekat ini untuk menemukan hamparan salju di Puncak Carstensz. Lantas apa reaksi mereka begitu ketemu hamparan salju abadi yang pernah dilihat Jan Carstensz dari atas kapal di pantai barat Papua pada 16 Februari 1623?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada 4 Oktober 1909 mereka mencapai kamp Alkmaar yang digunakan pada pendakian sebelumnya. Dari Alkmaar, mereka harus melintasi Gunung Hellwig, menuruni jurang, mendaki tebing, untuk mencapai Puncak Carstensz.

Pada 7 November 1909 mereka menemukan salju di jalan setapak yang mereka lalui ke arah barat setelah mencapai Puncak Wilhelmina. Van Nouhuyus di depan, Hendrik Albert Lorentz mengikutinya menyusuri jalan setapak yang sulit.

Lereng gunung yang mereka daki curam. Berulang kali harus istirahat mengatur napas.

“Di hadapan kami terbentang punggung bukit tinggi dari bebatuan kapur gundul, yang membentang dari timur ke barat,” tulis Lorentz mengenai pendakiannya ke Puncak Carstensz untuk membuktikan adanya salju di puncak pegunungan tropis di Papua itu.

Hanya “tembok” batu yang ada di hadapan mereka. Mereka menemukan “celah” batu yang bisa dilalui.

“Dengan susah payah kami mencapai punggung gunung, tapi masalah sebenarnya baru dimulai: dindingnya curam dan tak dapat didaki,” kata Lorentz.

Kadang-kadang mereka harus merangkak dengan tangan dan lutut di sisi yang curam agar tidak terjatuh. Sambil saling membantu, mereka perlahan maju.

Begitu semakin dekat ke hamparan salju yang cemerlang, mereka merasakan betapa kuatnya tarikan untuk segera mencapainya.

Dan inilah reaksi mereka setelah melihat hamparan salju di garis Khatulistiwa. “Tidak ada sorak-sorai ketika kami berdiri pada pukul 10.20 di tepi padang salju perawan itu,” kata Lorentz.

Mereka disergap oleh perasan takjub. “Membuat kami terdiam ketika kami akhirnya mencapai tempat yang telah lama menyusahkan kami, dan yang tidak pernah berani kami harapkan untuk kami lalui,” lanjut Lorentz.

Berita Terkait

Image

Lihat Salju di Puncak Carstensz, Tim Pendaki Lakukan Ini pada 1909

Image

Lihat Salju di Puncak Carstensz, Tim Pendaki Lakukan Ini pada 1909

Image

Lihat Salju di Puncak Carstensz, Tim Pendaki Lakukan Ini pada 1909

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com