Kopi Dulu, Hidup Santai di Indonesia yang Dicatat Penulis Inggris
Para relawan sedang bekerja. Ada yang masih membersihkan lumpur di rumah, ada yang membersihkan lumpur di karpet dan pakaian.
Seorang warga Nagari Limo Koto membawa teko plastik. "Ngopi dulu, ya," ujar dia kepada relawan yang sudah beristirahat.
Nagari Limo Koto, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, diterjang banjir pada Rabu (19/7/2023) malam. Relawan Posko Jenggala sejak Rabu mengadakan pengobatan gratis di Nagari Tanjung Sani, Kabupaten Agam.
Rendi, Siddiq, dan Popo berangkat dari Jakarta pada Ahad (16/7/2023), mengendarai mobil Ford Ranger. Andi Sahrandi, saya, dan Meldi berangkat Selasa pagi dengan Garuda. Rabu malam Rendi dan kawan-kawan yang membawa obat-obatan diharapkan sudah tiba di Bukittinggi. Tapi sejak Senin sore mobil mogok sebelum masuk Muaro Jambi. Baru Selasa, pukul 14.00 bisa melanjutkan perjalanan dengan menyewa towing untuk mengangkut mobil yang masih mogok, karena di Jambi tak ada onderdil yang diperlukan.
Dari Bandara Hendra yang menjemput kami membawa kami ke Bukittinggi. Di tengah perjalanan rupanya Hendra mengantuk.
"Cari kopi dulu, Hen," kata Andi yang mengetahui Hendra mengantuk. Hendra mengajak ngopi di Padang Panjang. Setelah dua jam perjalanan, tibalah di Sate Mak Syukur Padang Panjang. Kopi di Sate Mak Syukur ini adalah bubuk kopi lokal yang direbus.
Pulang dari Maninjau, kami sempat ngopi dulu di warung yang ada di Kelok 37 sembari menikmati pemandangan Danau Maninjau yang mulai diselimuti kabut. Untuk mencapai Maninjau dari Bukittinggi harus melewati jalan berliku yang terkenal dengan sebutan Kelok 44. Tapi hanya ada kopi saset di sini.
"Jumlah keloknya lebih sari 44, tapi tang kelok patah ada 44," jelas Hendra. Yang ia maksud kelok patah adalah belokan tajam yang hampir seperti jalur balik (u turn).
Kebiasaan ngopi dulu, rupanya menarik minat penulis Inggris. Setelah keliling Indonesia, Mark Eveleigh bikin buku berjudul Kopi Dulu, Caffeine-Fuelled Travels Through Indonesia (2022). Saya membelinya di bandara sebelum boarding Garuda ke Padang.
"Kopi dulu (secara harfiah coffee first) adalah ungkapan singkat bahasa Indonesia yang tersebar jauh melampaui jantung biji kopi di Jawa," tulis Mark. "Ungkapan tersebut melambangkan sikap santai, sikap yang sangat ramah masyarakat Indonesia dari semua lapisan," lanjut dia.
Ia mencatat, ketika orang Indonesia harus menunggu atau menghindari lalu lintas macet, mereka menyikapi dengan cara ngopi dulu. Menunggu yang lain selesai dengan urusan masing-masing, saya ngopi dulu di Kafe Kopi yang ada Lapau Kapau. Ada kopi gayo sampai kopi Wamena di sini, dengan beragam pilihan cara seduhnya.
Priyantono Oemar