Jika SBY Bermimpi, Maka Ki Ageng Selo, Ki Ageng Giring, dan Diponegoro Mendapat Bisikan
Setelah Agus Harimurti Yudhoyono bertemu Puan Maharani, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku bermimpi naik kereta bersama Megawati, Jokowi, dan presiden terpilih Pilpres 2024. Mereka naik kereta dari Jakarta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Oohya! Baca juga ya:
Pojok Lincak, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Benar Bermimpi atau Hanya Memendam Harapan Begitu Lama?
Pojok Lincak, Megawati Minta Puan Senyum pada Agus Harimurti, Seperti Anak Kecil Sehabis Berantem
Tanggapan pun muncul beragam, padahal SBY tidak menceritakan detail mimpinya, mulai dari jam saat bermimpi, sedikit-banyaknya penumpang yang ikut naik kereta, lambat-cepatnya laju kereta. Waktu dan detail itu penting untuk dapat ditasirkan secara tepat mimpi itu.
Mimpi naik kereta menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur, ini tipikal kekuasaan Jawa. Bahwa kekuasaan itu hanya ada di Jawa. Padahal Indonesia bukan Jawa saja.
Beda dengan situasi di masa lalu, ketika Ki Ageng Selo mendapat bisika dari Sunan Kalijaga bahwa anak keturunannya akan menjadi pemimpin Jawa. Beda dengan situasi ketika Ki Ageng Giring III mendapat bisikan untuk memetik kelapa muda lalu meminumnya habis sekali teguk, agar keturunannya menjadi penguasa Jawa. Beda pula dengan Pangeran Diponegoro yang mendapat bisikan bahwa Keraton Yogyakarta akan mendapat masalah, sehingga ia mendapat perintah untuk merebutnya kembali dari Belanda.
Ki Ageng Selo adalah santri dari Sunan Kalijaga yang kemudian bermukim di Desa Sela (desa di Pegunungan Kendeng yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah). Saat sedang mencangkul di sawah, ia didatangi Sunan Kalijaga yang muncul secara tiba-tiba dan pergi dalam sekejap pula. Di saat itulah, Sunan Kalijaga mengatakan agar Ki Ageng Selo yang biasa bertirakat itu untuk terus bertirakat dan beramal. Babad Tanah Jawi mencatat, Sunan Kalijaga menyebut Ki Ageng Selo sebagai satu-satunya murid yang akan mempunyai keturunan yang akan meneruskan kekuasaan di Jawa setelah berakhirnya Kerajaan Demak.
Suatu hari, cucu Ki Ageng Selo, yaitu Ki Ageng Pemanahan, bertandang ke rumah Ki Ageng Giring III dengan menenpuh perjalanan 20 kilometer berjalan kaki. Tiba di rumah Ki Ageng Giring ia merasa haus, dan begitu melihat ada kelapa muda di meja, ia langsung meninumnya hingga habis sekali tenggak.
Ki Ageng Giring III yang tiba di rumah melihat kelapa muda sudah diminum Ki Ageng Pemanahan merasa masygul. Ia telah menyiapkan kelapa muda itu untuk diminum sepulangnya dari sawah. Ia memetik kelapa muda itu setelah mendapat bisikan barang siapa meminum kelapa muda itu langsung habis dalam sekali tenggak, anak keturunannya akan menjadi penguasa Jawa. Rupanya, yang meminumnya bukan dirinya, melainkan Ki Ageng Pemanahan. Kelak, Sutowijoyo, anak dari Ki Ageng Pemanahan, menjadi raja pertama Mataram Islam.
Demikian pula Pangeran Diponegoro yang juga suka bertirakat. Dalam tirakatnya ia mengaku mendapat bisikan agar merebut Keraton Yogyakarta dari penguasaan Belanda. Maka, Pangeran Diponegoro pun memimpin Perang Jawa mengusir Belanda dari Keraton Yogyakarta.
Ma Roejan