Egek

Musisi Berlokakarya di Ubud Bersama Pakar Lingkungan, untuk Bahas Apa?

Tanaman bakau menyerap karbon 3-5 kali lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hutan Indonesia yang rusak ikut memunculkan krisis iklim. Krisis iklim inilah yang akan dibahas oleh para musisi yang berlokakarya di Ubud, Bali.
Tanaman bakau menyerap karbon 3-5 kali lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hutan Indonesia yang rusak ikut memunculkan krisis iklim. Krisis iklim inilah yang akan dibahas oleh para musisi yang berlokakarya di Ubud, Bali.

Ada apa mereka berkumpul di Ubud, Bali? Beberapa musisi ternama Indonesia itu antara lain ada Iga Massardi dari Barasuara, Endah Widyastuti dari duo Endah N’ Rhesa,Tony Q, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, dan Guritan Kabudul. Mereka akan berkumpul pada 12-13 Juni 2023.

Bergabung dengan mereka, ada pula band Bali, antara lain Navicula, Rhythm Rebels, Kai Mata, dan Made Mawut. “Perubahan iklim mengancam segala hal yang kita cintai, termasuk warisan musik,” kata Gede Robi, personel Navicula.

Situasi krisis iklim yang semakin parah itulah yang menjadi alasan mereka bekumpul untuk mengambil tindakan. Melakukan lokakarya tentang musim dan aktivisme, “Sound the Alam”. Lokakarya ini merupakan rangkaian kegiatan yang diusung oleh IKLIM, singkatan dari The Indonesia Knowledge, Climate, Arts & Music Lab (Lab Pengetahuan, Iklim, Seni & Musik Indonesia). IKLIM merupakan sebuah kolektif musisi dan seniman yang peduli terhadap isu iklim dan bertujuan untuk mengajak masyarakat agar peduli dan mengarusutamakan isu perubahaniklim.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Para musisi juga akan menanam pohon guna mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan (carbon offsetting) dari perjalanan para musisi dari kota asalnya ke Bali. Kegiatan penanaman pohon akan dilakukan di sekitar area Monkey Forest, Ubud, sebagai aksi nyata mereka terhadap pelestarian ekosistem lokal.

Selanjutnya, sebuah album kompilasi kumpulan lagu para musisi akan diproduksi dan diluncurkan oleh Alarm Records, sebuah label musik berkelanjutan dan ramah lingkungan pertama di Indonesia. Kumpulan lagu di album kompilasi ini akan banyak mengangkat isu lingkungan dan juga krisis iklim.

Indonesia merupakan salah satu kontributor terbesar emisi gas rumah kaca global yangdisebabkan oleh deforestasi dan ketergantungan akan batubara. Untuk mengatasi masalah ini,Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) atau Nol Emisi pada 2060. Pemprov Bali juga dengan ambisius telah memasang target Bali mencapai Nol Emisi pada 2045, 15 tahun lebih cepat dari target nasional.

Menurut Gede Robi, musisi memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik tentang isu iklim di Indonesia. Mereka dapat menyampaikan pesan melalui musik, pertunjukan,dan memobilisasi para penggemar untuk mengambil aksi nyata. “Industri musik juga menghasilkan emisi karbon dan berkontribusi pada krisis iklim. Kami menyadari ini dan ingin turut bertanggung jawab atas hal ini,” ujar Robi.

Ma Roejan