Jalan ke Baduy. Padi Disimpan 100 Tahun, untuk Apa?
Seperti halnya masyarakat adat Dayak yang hanya menanam pagi lokal, masyarakat adat Baduy juga hanya menanam padi lokal. Masa tanamnya enam bulan. Jika masyarakat adat Dayak memiliki lebih dari 20 jenis padi lokal, pun demikian halnya masyarakat adat Baduy.
"Untuk padi ketan saja kita punya empat jenis," kata Jaro Tangtu Kampung Cibeo, Sarmi, Sabtu (27/5/2023) malam. Jaro tangtu adalah pembantu puun (kepala suku) yang bertanggung jawab untuk urusan adat.
Jika masyarakat adat Dayak menyimpan padi di lumbung selama puluhan tahun, demikian pula masyarakat adat Baduy. Bahkan Aldi, warga Cibeo, mengakui masih menyimpan padi yang dipanen 100 tahun lalu.
Hal itu terjadi karena masyarakat adat Baduy mengonsumsi beras tidak berdasar pada padi yang paling dulu dipanen. Sedangkan masyarakat adat Dayak mengonsumsinya berdasar urutan panen. Yang paling dulu dipanen itu yang dikonsumsi, sehingga mereka hanya menikmati beras baru pada saat pesta panen.
Masyarakat adat Dayak menyimpan pasi setelah gabah dirontokkan dari tangkai. Sedangkan masyarakat adat Baduy menyimpan padi beserta tangkainya.
Mereka pantang menjual padi, untuk berjaga-jaga jika terjadi paceklik akibat kemarau panjang ataupun karena gagal panen. Hal yang juga dilakukan oleh masyarakat Baduy.
Pintu lumbung padi Baduy ada di atas. Untuk menyimpan padi, masuk dari pintu itu. Akibatnya padi yang lebih dulu dipanen akan tersimpan di bagian bawah. Jika mereka mengambil padi untuk dikonsumsi, mereka akan mengambil padi yang berada paling atas, yang berarti adalah padi paling akhir dipanen. Padi yang paling dulu dipanen tetap tersimpan di lumbung paling bawah.
Sedangkan pintu lumbung Dayak sejajar dengan lantai lumbung. Di dalam lumbung ada beberapa lulung, yaitu wadah gabah yang terbuat dari kulit damar. Setiap lulung berisi gabah hasil panen dari masa yang berbeda. Dengan begitu, mereka bisa mengambil gabah paling dulu dipanen untuk dikonsumsi.
Dinding lumbung Dayak dan Baduy sama-sama berupa anyaman bambu. Di dalam lumbung Dayak ditaruh beragam bunga yang disukai Dewi Sri. Ada pula dedaunan khusus untuk mencegah tikus.
Di lumbung Baduy, Dewi Sri dihibur dengan cara meletakkan lumbung jauh dari kampung. "Dewi Sri tidak suka dekat dengan dapur tempat beras dimasak," ujar Emen Sarta, warga Baduy Luar dari Kampung Ciboleger.
Tapi ada perbedaan antara lumbung Baduy Dalam dan Baduy Luar. "Lumbung di Baduy Dalam dikenal sebagai leuit lenggang, sedangkan lumbung Baduy Luar sebagai leuit handap," jelas Emen.
Leuit lenggang memiliki struktur bangunan panggung dengan jarak sekitar satu meter dari tanah. Sedangkan leuit handap, lantai lumbungnya dekat dengan tanah. Di leuit lenggang empat tiangnya diberi kayu bundar berdiameter sekitar 50-60 cm. "Gunanya sebagai penghalang tikus agar tidak bisa naik ke lumbung," jelas Aldi yang mengiringi kami pulang dari Cibeo.
Selain penghalang kayu bundar itu, kata Aldi, di dinding lumbung juga disimpan daun tujuh rupa yang telah diberi mantra. Tujuannya juga untuk mencegah tikus masuk jika berhasil lolos melewati rintangan kayu bundar di empat tiang lumbung di bawah lantai lumbung.
Meski Emen tinggal di kampung Baduy Luar, lumbung Emen berbeda dengan lumbung warga lainnya. "Saya bikin leuit lenggang," kata Emen.
Priyantono Oemar
Leuit lenggang memang lebih artistik daripada leuit handap. Dan lebih susah membuatnya, karena banyak detail tang harus digarap.
Priyantono Oemar