Sekapur Sirih

Surya Anak Dewi Yull, Tuli dan Eufemisme dalam Bahasa Indonesia

Surya bersama kedua orang tuanya, Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Surya adalah orang tuli, sebutan yang di masa Orde Baru dinilai kasar lalu diganti dengan tunarungu. Tapi praktik eufemisme dalam bahasa Indonesia ini justru menempatkan orang tuli sebagai memiliki kekurangan, karena
Surya bersama kedua orang tuanya, Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Surya adalah orang tuli, sebutan yang di masa Orde Baru dinilai kasar lalu diganti dengan tunarungu. Tapi praktik eufemisme dalam bahasa Indonesia ini justru menempatkan orang tuli sebagai memiliki kekurangan, karena "tuna" artinya "rusak" (foto: voa/republikatv).

Surya, anak dari penyanyi Dewi Yull dan aktor Ray Sahetapy, lulus S2 di Rochester Institute of Technology di New York, Amerika Serikat. Ia menjadi satu-satunya anak tuli dari Indonesia yang meraih gelar itu baru-baru ini. Dewi Yull tegas-tegas menyebut anaknya tuli, bukan tunarungu.

Tuli. Iya, tuli. Anak-anak tuli lebih menyukai sebutan tuli daripada tunarungu. Tunarungu merupakan eufemisme dari tuli yang muncul di masa Orde Baru. Ada banyak eufemisme yang muncul. Gelandangan disebut tunawisma. Penghibur di kelab malam disebut pramuria. Pembantu rumah tangga disebut pramuwisma.

Tapi, kata “tuna” mengandung makna “rusak”. Padahal anak-anak tuli bukanlah anak yang rusak. Mereka memiliki kemampuan. Maka, “tunarungu” mengandung makna negatif bagi mereka.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Pramu” pada akhirnya juga memiliki makna negatif, karena informasi minor mengenai pramuria. Gara-gara ini, pelacur yang oleh Orde Baru diganti menjadi “wanita tunasusila” memiliki padanan hasil karya koran-koran kuning: pramusyahwat (hingga kini masih saja ada yang memakai kata ini).

Doel Sumbang pernah memakai kata “pramusyahwat” dalam lirik lagunya, yang berjudul “Watau”. “Watau” kependekan dari wanita tarif unggul. Jalan cepat makmur jadi pramusyahwat. Wat-wat-watau.

Akibatnya, pramuwisma pun menjadi tidak laku. Lalu ada yang mencoba mengganti pembantu rumah tangga menjadi asisten rumah tangga. Pada masa penggunaan asisten rumah tangga marak, perguruan tinggi pun mengganti istilah “pembantu rektor” menjadi “wakil rektor”. UU Ketenagakerjaan memakai istilah pekerja rumah tangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat perkembangan makna dari suatu kata. Makna terbaru ditempatkan di urutan terakhir dari berbagai makna yang dipunyai oleh kata itu.

Priyantono Oemar