Jawa Barat Jadi Provinsi yang Desa-desanya Terapkan Digitalisasi Pertanian Inovatif
Ada 132 desa di Indonesia yang disurvei oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pangan dan Pertanian, FAO. Jawa Barat terbukti sebagai provinsi yang desa-desanya menetapkan inovasi digital pertanian, perikanan, dan peternakan yang cukup progresif.
FAO telah meluncurkan Digital Village Initiative (DVI) pada 2021 untuk mempromosikan digitalisasi di daerah pedesaan. Tujuannya untuk kepentingan penduduk setempat. Pada 2022, Indonesia bersama 13 negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik sepakat untuk melakukan survei tentang inovasi digital pada pedesaan di negara-negara tersebut. DVI FAO adalah program untuk mendukung pembangunan pedesaan yang inklusif dan peka gender. Selain itu juga untuk transformasi sistem pertanian pangan berkelanjutan untuk memenuhi tujuan Sustainable Development Goals (SDG) 2030.
Inovasi digital di desa-desa di Jawa Barat mewakili berbagai sektor di bidang pertanian. Antara lain pembangunan infrastruktur, layanan keuangan, layanan sosial, pemasaran pertanian pangan dan e-commerce, pertanian cerdas, peternakan cerdas, sistem informasi, e-government, serta masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Di antaranya, e-fishery telah diterapkan di Desa Puntang, Soge, dan Krimun di Indramayu. Demikian pula pertanian cerdas telah diterapkan di Habibie Garden di Desa Cibodas, Desa Alam Endah di Kabupaten Bandung, serta Desa Papayan di Tasikmalaya.
Survei dilakukan untuk menilai tingkat inovasi digital, termasuk pula menilai perkmbangan teknoloi dan tingkat adopsi untuk menentukan kematangan inovasi digital yang dipraktikkan. “Pembangunan desa digital dapat berlangsung sangat cepat, namun perlu didukung dengan regulasi yang baik dan infrastruktur yang baik,” kata Rektor IPB Arief Satria di acara Lokakarya Ekosistem Desa Digital di Bandung, Selasa (7/3/2023).
Surveri tersebut memperlihatkan, tingkat kematangan digital di pedesaan bervariasi. Mulai dari tahap percontohan hingga tahap komersial. “Dengan baseline yang kami temukan ini, kami berharap ini dapat dikembangkan dengan dukungan teknis dari FAO. Kami berharap desa inovasi digital ini akan terus berlanjut dalam kerja sama yang erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya,” kata Rajendra Aryal, kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste di lokakarya tersebut.
Survei tersebut menemukan bahwa e-governance adalah jenis inovasi yang paling banyak di desa. Berikutnya ada digitalisasi dalam kegiatan komunitas dan ekonomi, smart farming, sistem informasi, pemasaran pangan pertanian, e-commerce, layanan sosial, layanan keuangan, dan infrastruktur lokal.
Ma Roejan
Sumber: Rilis FAO Perwakilan Indonesia