Pitan

Asia-Pasifik Mengalami Kemunduran dalam Mencapai Target Ketahanan Pangan

Kemajuan Asia-Pasifik dalam perang melawan kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Lalu mengalami kemunduran. Bagaimana pencapaian target ketahanan pangan di masa depan? (foto: ap/republika).
Kemajuan Asia-Pasifik dalam perang melawan kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Lalu mengalami kemunduran. Bagaimana pencapaian target ketahanan pangan di masa depan? (foto: ap/republika).

Ini adalah laporan State of Food Insecurity (Sofi) Regional Asia-Pasifik yang kelima. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dalam perang melawan kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi terhenti, kemudian mengalami kemunduran. Hal ini mendorong kita semakin jauh dari jalur pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) untuk menghilangkan kelaparan (SDG 2).

Oohya! Baca juga ini ya: Stunting, Biskuit, Protein Hewani, dan Ancaman Percepatan Laju Urbanisasi.

Ancaman itu tidak hanya terjadi di masa depan, tapi telah terjadi saat ini. Salah satu pesan penting 'Asia and the Pacific Regional Overview of Food Security and Nutrition 2022 – Urban Food Systems and Nutrition', biasa disingkat sebagai Regional State of Food Insecurity (Sofi) yang diterbitkan oleh FAO, UNICEF, WFP dan WHO, adalah soal ketahanan pangan ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kemunduran itu terjadi bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi pada tahun 2020. Tetapi ketika pandemi berlanjut, meskipun dalam bentuk yang lebih ringan, pada sebagian besar wilayah pada tahun 2022, krisis 5F muncul (Food = kekurangan pangan, Feed = pakan ternak, Fuel = bahan bakar, Fertilizer = pupuk, dan Finance = keuangan ) seperti halnya konflik antara Rusia dan Ukraina, dua produsen pertanian utama dunia.

Konvergensi dari isu-isu ini dan lainnya selama tahun lalu menghasilkan kenaikan harga makanan dan energi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan harga itu telah memukul keras rumah tangga beserta mata pencaharian mereka dan mendorong jutaan lainnya ke dalam kelaparan dan kemiskinan.

Pada bulan Maret 2022, Indeks Harga Pangan (Food Price Index/ FPI) FAO mencapai kenaikan yang stabil selama dua tahun terakhir pandemi Covid-19 dan naik ke level tertinggi. Sejak saat itu FPI terpuruk tetapi tetap jauh lebih tinggi sebesar 28 persen dibandingkan tahun 2020. Harga input pertanian yang tinggi, kekhawatiran tentang cuaca dan iklim , dan meningkatnya ketidakpastian pasar akibat perang yang berkelanjutan di Ukraina, berkontribusi pada pengetatan pasar makanan.

Tagihan impor makanan kemungkinan besar akan menyentuh rekor baru sebesar 1,94 triliun dolar AS tahun ini, menurut Food Outlook terbaru FAO yang diterbitkan pada November 2022. Tidak diragukan lagi, pertemuan faktor-faktor negatif ini akan memperburuk kelaparan dan kemiskinan di wilayah Asia Pasifik, wilayah yang paling padat penduduknya di dunia ini.

Ma Roejan

Sumber: Rilis FAO Representatif Indonesia, 24 Januari 2023