Lincak

Kopi Tubruk. Sudah Tahu Cara Meminumnya?

Kopi tetap hangat di dalam gelas.

Bandung Selatan adalah kawasan yang dingin. Di sinilah kopi ditanam di kebun yang luas dengan nama yang terkenal: Kopi Preanger atau Java Preanger.

Belanda melakukan pengawasan yang ketat terhadap kebun mereka untuk menghindari pencurian. Tapi tetap saja, para petani buruh yang diperkerjakan di kebun kopi masih bisa membawa pulang biji kopi yang dipanen tanpa diketahui mandor kebun.

Dengan kopi curian inilah para petani buruh bisa ikut menikmati kopi. Selain dikonsumsi sendiri, kopi curian itu bisa pula dijual.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bagaimana mereka menikmati kopi? Kopi yang telah mereka sangrai dan ditumbuk kasar, bubuk kopi kasar itu diseduh tanpa menyaring terlebih dulu. Inilah yang disebut kopi tubruk. Ketika diminum, ada bubuk kasar biji kopi yang menempel di bibir dan lidah.

Tetapi petani Bandung Selatan pada tahun 1930-an mempunyai cara sendiri agar tak ada bubuk kasar yang menempel di lidah dan bibir saat meminumnya. Selain itu, hangat kopi tetap terjaga, sehingga cocok dengan cuaca Bandung Selatan yang dingin. Caranya?

Lepek (tatakan gelas) dipakai untuk menutup gelas, lalu gelas dibalikkan. Sedikit demi sedikit air kopi dalam gelas akan tertuang ke lepek. Bubuk kasar kopi akan tetap terlindung di dalam gelas. Kopi di lepek itulah yang diseruput. Di Aceh, cara ini disebut kupi khop. Jika diperhatikan, gelas yang tertangkup di atas tatakannya mirip dengan bentuk tutup kepala yang dipakai Teuku Umar. Kop adalah bahasa Belanda untuk kepala.

Priyantono Oemar